Honen-Sai: Festival Penis Jepang yang Dinantikan Ribuan Orang di Bulan Maret. Beragam Bentuk Dipamerkan!
Setiap tahun di bulan Maret, penduduk dan pengunjung Prefektur Aichi di Jepang tumpah-ruah ke jalanan menuju bagian utara Nagoya, untuk mengerumuni sesuatu yang dinilai vulgar atau terkesan cabul, yakni “Super Penis”.
Beberapa hari yang lalu, tanpa malu-malu, penis raksasa diarak di jalanan. Bukan hanya disaksikan, namun bisa juga dipegang, bahkan diciumi ribuan orang. Untuk sebagian kita, jika dibayangkan mungkin itu terkesan ganjil, aneh, geli, atau malah menggairahkan?
Yang jelas, bagi orang Komaki hal tersebut merupakan suatu momen ritual tradisional yang penuh makna. Lantas, sebesar apa dan penis milik siapa yang mereka lihat, pegang, dan diciumi beramai-ramai itu?
Mengapa ada penis dipamerkan di jalanan di hadapan ribuan orang? Sebetulnya, apa yang sedang mereka lakukan? Berikut beberapa hal tentang Festival Penis yang unik di Jepang.
Honen-saisebuah Festival Kuno yang Berusia Lebih dari 1000 Tahun
Honen-saiatau juga dalam beberapa sumber disebut sebagaiHonen Masturi, merupakan suatu festival tradisional yang telah berlangsung selama kurang lebih 1500 tahun.
Berdasarkan catatanJapan-exsperience.com, data mengenai usia festival tersebut diperoleh dari suatu penemuan tembikar kuno pada tahun 1935 di sekitar kuil Tagata, sebuah kuil Shinto yang terletak di kota Komaki, sebelah utara Nagoya.
Selain sebagai tempat ibadah, kuil Tagata merupakan salah satu kuil suci di Jepang yang berkaitan erat dengan pendidikan seksual dan kesuburan. Pada setiap tahun, tanggal 15 Maret, kuil Tagata dijadikan tempat utama perayaanHonen-sai.
Penis, menjadi ikon utama dalam perayaanHonen-sai. Pada acara itu, orang-orang akan dengan mudah menemukan penis di mana-mana, dalam bermacam varian.
Dari mulai bentuk, ukuran hingga warna yang beraneka ragam akan dipamerkan. Maka, tak heran jikaHonen-saidijuluki sebagai “The Penis Festival”. Apakah itu penis betulan?
Pesta Penis: Makanan, Suvenir, hingga Super Penis Dua Meter
Bagi yang berharap itu penis betulan, sayang sekali, kamu mesti kecewa. Penis-penis yang dipamerkan tak lebih dari sebuah replika.
Dilansir dariMirror.co.uk, banyak jenis replika penis yang bisa dinikmati pada festival tersebut. Pungunjung, misalnya, bisa mencicipi kudapan kreatif berupa pisang yang diukir dengan lekuk yang membentuk kepala penis dan dicelupkan ke dalam coklat hangat.
Kemudian permen penis dengan ukuran yang tak merepotkan saat dinikmati,hotdogyang tidak disunat ataupancakeyang legit dan tampak agak lembek. Ya, hampir semua makanan dikesankan memiliki citarasa yang erotis.
Tak hanya makanan, banyak pula suvenir menarik yang masih berbentuk penis, seperti gantungan kunci, pahatan kayu, dan olahan replika penis lainnya.
Selain itu, selama parade masyarakat dan pengunjung pun bisa menikmati suguhan sake gratis. Sake mungkin memang menjadi minuman pendamping yang setia dalam menemani perayaan-perayaan budaya di Jepang.
Dari sekian pameran replika penis dan sake gratis itu, barangkali “Super Penis” menjadi bintang pertunjukan yang paling memukau. Dalam parade itu, sebagian orang tampak memanggul replika penis yang sangat besar.
Panjangnya mencapai dua meter, berdiameter 100cm dengan berat hampir 400 kilogram. “Super Penis” itu dipanggul dengan riang gembira menuju kuil suci Tagata.
Dari kemeriahan "pesta penis" itu, dari makanan, suvenir, hingga penis yang begitu berat dan besar, mungkin mengundang pertanyaan: mengapa mereka memperlakukan penis sedemikian rupa? Apakah mereka semua cabul?
Honen-Sai: Sebuah Ritus Kuno Kesuburan
Super penis, terbuat dari batang cemara, yang mereka panggul menuju kuil suci Tagata merupakan perwujudan dari rasa bakti masyarakat terhadap kesuburan yang telah dikaruniakan.
Penis menjadi semacam tonggak doa yang didasarkan pada rasa syukur atas segala yang telah tumbuh dengan alami, dan sekaligus harapan untuk merawat kehidupan bagi segala yang mereka cintai.
Honenberarti “tahun yang makmur”. Menyiratkan panen yang kaya, Festival dan upacaraHonentak lain merupakan berkat panen yang berlimpah dan segala macam kemakmuran, kesuburan.
Maka, mungkin bagi warga Tomaki, yang kebanyakan penduduknya bermatapencaharian sebagai petani, perayaamHonen-saibukan perkara kegiatan cabul. Festival ini merupakan ekspresi budaya yang khas dalam mengartikulasikan kecintaan terhadap alam dan manusia.
Penis yang mereka panggul tak lain adalah simbol kesuburan, kemakmuran, kehidupan yang merupakan karunia dari alam.
Maka, mereka memanggul itu, dengan riang gembira menuju tempat suci, di mana yang Maha Pencipta bermukim. Penis yang mengandung sperma, benih kehidupan, adalah simbol dari ritus kesuburan yang vital dan suci.
Honen-sai,yang Senantiasa Meriah dan Damai
Berdasarkan, laporan dewan turis Jepang, sepanjang sejarah perayaan,Honen-saiselalu berlangsung dengan meriah dan damai. Perayaan itu menjadi daya tarik untuk turis lokal maupun internasional.
Daerah Komaki, utara Nagoya, yang terbilang sebagai daerah kecil itu menjadi sangat terkenal karena festivalnya, yang mungkin bagi sebagian kita, agak kontroversial.
Meskipun demikian, begitulah satu wajah dari warga Tomoki. Setiap masyarakat tentu memiliki keragaman ekspresi budaya yang berlainan. Ekspresi budaya atau penilaian terhadap sesuatu antar masyarakat satu dengan yang lain bisa sangat berbeda.
Namun, perbedaan itu kiranya adalah hal yang lumrah. Perbedaan, pada perjalanannya mungkin juga bisa diterima sebagai kekayaan dari identitas dan keunikan yang khas. Lalu, bagaimana pendapatmu?