Ide Bayar Tiket Bus Pakai Sampah di Surabaya Curi Perhatian Dunia

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Pemerintah Kota Surabaya mempunyai cara unik untuk mengurangi sampah plastik. Cara yang dilakukan yaitu menukarkan botol plastik bekas untuk menggunakan transportasi umum. Langkah Pemkot Surabaya ini mencuri perhatian dunia.

Informasi tersebut dijelaskan dalam sebuah video yang berdurasi kurang dari 1 menit melaluifacebookresmiWorld Economic Forum(WEF). 

"Bus kota di Indonesia menerima pembayaran sampah plastik dengan tunai. Penumpang di Surabaya membayarnya dengan botol plastik," tulis keterangan dari video tersebut dikutipkumparan, Rabu (28/11).

Nantinya penumpang akan mendapatkan kesempatan tiket perjalanan selama 2 jam. Setiap kali transaksi terjadi akan dicatat melalui Kartu Setor Sampah (KSS) yang dimiliki setiap orang.

"Konsep yaitu mengurangi sampah plastik. Membuat orang semakin banyak menggunakan transportasi massal," lanjutnya. 

Hanya saja konsep ini belum memiliki hitungan laba rugi dalam penggunaan sampah plastik sebagai alat pembayaran transaksi transportasi umum.

"Tapi setidaknya ini merupakah salah satu cara yang efektif untuk menggurangi sampah plastik," tutup WEF dalam laporannya. 

Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang plastik terbanyak di dunia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2016, produksi sampah per hari tertinggi berada di Pulau Jawa, khususnya Surabaya. Pada 2015, produksi sampah di Surabaya sebesar 9.475,21 meter kubik dan meningkat menjadi 9.710,61 meter kubik di 2016. 

Risma Luncurkan Suroboyo Bus dengan Konsep Bayar Tiket Pakai Sampah

Walikota Surabaya Tri Rismaharini, bersama jajaran Pemda setempat secara resmi meluncurkan Suroboyo Bus, Sabtu (7/8) pagi di depan Gedung Siola Surabaya. Setelah diresmikan, Risma menaiki bus tersebut bersama masyarakat untuk berkeliling Surabaya.

Suroboyo Bus terbilang unik. Masyarakat yang ingin menaiki Suroboyo Bus tidak dikenai biaya. Namun, mereka harus membayar dengan sejumlah sampah plastik.

“Bagi penumpang yang akan naik harus membawa 5 botol ukuran tanggung, 3 botol besar, 10 gelas air mineral, kantong plastik dan kemasan plastik,” tutur Risma. 

Sementara, bagi penumpang yang tidak ingin membawa sampah plastik, mereka dapat menukarkan jenis-jenis sampah di bank sampah, drop box halte, dan drop box terminal Purabaya yang telah bekerja sama dengan DKRTH. 

Selanjutnya, masyarakat bisa menukarkan sampah dengan kartu setor sampah untuk ditukar dengan tiket bus. 

“Dengan begitu, penumpang bisa berkeliling Surabaya selama 2 jam keliling secara gratis,” jelas Risma.

Nantinya, sampah-sampah plastik yang telah terkumpul akan diolah dengan baik dan benar sehingga menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

Saat ini, pihaknya telah melibatkan 3 bank sampah untuk membawa hasil setor sampah dari halte serta terminal diantaranya bank sampah induk Surabaya, yaitu Bintang Mangrove dan Pitoe.

Risma menyampaikan, kehadiran Suroboyo Bus diharapkan mampu mengurangi volume kendaraan di Surabaya. Terlebih, saat ini volume kendaraan di Surabaya terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, transportasi massal merupakan alternatif yang dinilai tepat untuk mengurangi kepadatan kendaraan.

“Perbandingan kendaraan pribadi dengan transportasi massal saat ini 75 persen dan 25 persen, dan kalau sampai tembus angka 90 persen maka jalan di Surabaya akan berhenti. Idealnya 50 banding 50,” ujar Risma.

Risma juga mengaku sulit mengubah perilaku masyarakat dari sistem kendaraan pribadi ke transportasi massal. 

“Ini yang disebut psikologi perkotaan dari angkutan pribadi ke transportasi massal. Dibutuhkan transformasi dengan menggunakan transportasi massal,” tambah dia.