IndiHome, Biznet dkk Gak Gentar Starlink Jualan Internet di Indonesia

pada 8 bulan lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id– Penyedia akses internet berbasis satelit milik Elon Musk, Starlink, sejak awal tahun 2024 ini semakin santer terdengar mengenai rencananya ekspansi ke Indonesia. Kehadiran Starlink sering dikaitkan dengan ‘ancaman’ di persaingan industri ISP, alias penyedia jasa internet di Indonesia. Apa benar?

Indonesia memiliki deretan pemain ISP populer. Ada IndiHome, Biznet, hingga pemain FMC (fixed mobile convergence) seperti XL SATU, hingga operator seluler pada umumnya. Starlink sendiri memang harus melewati beberapa pengujian agar dapat beroperasi secara legal di Tanah Air, seperti membangun Network Operations Center (NOC), mengambil uji laik operasi (ULO), mengantongi izin service provider (ISP) dan Network Access Point (NAP), izin komersial dan jaringan tetap tertutup satelit.

Sejauh ini, kabar terbaru mengenai Starlink di Indonesia adalah perusahaan ini sudah lolos ULO. Lantas jika selangkah lagi Starlink berjualan internet, apa kata para ISP lain?

 

 

IndiHome

Dinaungi Telkomsel, IndiHome mengaku terus mendukung kebijakan pemerintah, termasuk soal pemberian izin penyelenggaraan kepada penyelenggara telekomunikasi baru seperti Starlink untuk uji coba di Indonesia.

“Kami berharap pemerintah dapat memberikan kesetaraan dalam pemberlakuan pemenuhan kewajiban penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia kepada Starlink, sehingga tercipta equal playing field yang adil, mulai dari kewajiban pendirian badan usaha yang berkedudukan di Indonesia, penerapan kebijakan perpajakan, kewajiban PNBP, pemenuhan QoS, TKDN, hingga aspek potensi interferensi, perlindungan dan keamanan data, dan kedaulatan bangsa,” tutur VP Corporate Communications and Social Responsibility Telkomsel Saki H. Bramono kepadaUzone.id.

Selebihnya, Telkomsel sebagai induk IndiHome berharap persaingan sehat dan adil dapat mendorong inovasi dan pembangunan infrastruktur telekomunikasi yang lebih baik, hingga mendatangkan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi dan kemajuan bangsa.

Biznet

Senior Manager Marketing Biznet Adrianto Sulistyo melihat rencana Starlink beroperasi di Indonesia sebagai kabar baik karena dapat menjadi peluang untuk memberikan lebih banyak pilihan layanan internet kepada masyarakat Indonesia.

“Dengan lebih banyak penyedia layanan internet yang bersaing, kami percaya bahwa kesenjangan digital di Indonesia akan semakin berkurang, bukan hanya di kota-kota besar, tetapi juga di daerah-daerah kecil,” ungkap Adrianto saat dihubungi Uzone.id.
Di sisi lain, ia juga memahami akan tingginya persaingan yang ada saat ini, melihat prospek bisnis provider serta kebutuhan digital masyarakat yang terus meningkat. Andrianto mengaku siap untuk terus mengembangkan inovasi dan memberikan pelayanan dan kualitas terbaik.

“Harga dan kualitas memang berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam membeli. Untuk itu kami tetap fokus dalam meningkatkan kualitas layanan dengan menggunakan teknologi dan infrastruktur terkini agar terciptanya kepuasan pelanggan,” tutupnya.

 

 

XL SATU

XL Axiata selaku penyedia layanan FMC XL SATU turut melihat kehadiran Starlink ini sebagai pelengkap layanan internet untuk daerah pelosok Indonesia.

Dari penuturan Chief Technology Officer XL Axiata I Gede Darmayusa, perusahaan telekomunikasi di Indonesia bahkan sudah memanfaatkan satelit untuk sarana backbone sebelum ada Starlink.

“Harapan kami sih, Starlink dapat jadi solusi menggantikan biaya satelit mahal, karena kita sudah kerja sama untuk jangkau BTS di pedalaman. Mungkin yang jadi concern, Starlink direct ke customer sebagai hub dan end-share. Tapi ya Starlink ini dapat menjadi pelengkap high-platform solution di jangkauan terestrial berbeda, pasar mereka juga beda karena tidak bisa kita jangkau secara logistik, maintenance berat. Pasar mereka unik, jadi kami ingin kerja sama dengan mereka untuk menghubungkan ke BTS,” kata I Gede belum lama ini kepada awak media.

Pada kesempatan sama, Presiden Direktur XL Axiata, Dian Siswarini juga menambahkan, bahwa Starlink memang cocoknya beroperasi di rural area, karena opsi di rural area yang lain mahal. Sedangkan di kota, ada banyak pilihan dengan harga kompetitif.

“Saat ini belum jadi ancaman, karena secara cost structure sekarang teknologi bandwidth-nya masih terbatas. Tapi kita lihat mereka nanti menambah satelit jauh lebih banyak, kapasitas lebih banyak, cost structure jadi lebih kencang. Kita harapkan pemerintah memberikan level playing field yang sama,” imbuh Dian.

 

 

Indosat Ooredoo Hutchison

Director & Chief Business Officer Indosat Ooredoo Hutchison Muhammad Danny Buldansyah beberapa waktu lalu mengatakan ke awak media, bahwa Starlink memang harus mematuhi aturan di Indonesia. Sedangkan soal persaingan, hal ini akan selalu ada, baik dari Starlink maupun layanan lain.

“Menurut saya Starlink di Indonesia itu paling banyak head-to-head-nya dengan penyelenggara VSAT [Very Small Aperture Terminal], bukan dari seluler. Kalau dengan seluler menuru saya ada beberapa hal kita bisa memakai layanannya dari provider satelit low orbit. Tapi dalam hal saingan langsung, Starlink akan bersaingnya dengan penyelenggara VSAT,” kata Danny.

Menurut Danny, kolaborasi antara Starlink dengan penyedia jaringan seluler sangat mungkin ada. Namun, ia juga memperingatkan bahwa ada layanan sejenis Starlink di luar sana seperti OneWeb, Quipper, dan lain-lain. Jika layanan seperti itu masuk Indonesia juga, ia mempertanyakan seperti apa nantinya keputusan pemerintah.

“Dalam setahun ke depan misal, jika layanan sejenis mau masuk juga, apakah akan disaring atau bagaimana? Misal cuma dua saja, supaya tidak ada predatory pricing dan lainnya, yang kaut makan yang menang, lalu ada banting harga, dan kualitas jadi anjlok. Pada akhirnya bagaimana pemerintah supaya industri ini sehat. Saya sendiri mendukung layanan seperti Starlink untuk menjangkau area yang kita sulit jangkau,” tutup Danny.