Indonesia di Piala Sudirman, Perdana dan Satu-satunya

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

"Meme" tentang trofi Piala Sudirman yang rindu ingin pulang ke Indonesia sempat menjadi salah satu hal menarik untuk disimak dalam persiapan Indonesia menuju Piala Sudirman 2017. Turnamen ini akan digelar di Carrara Sport and Leisure Centre, Gold Coast, Australia, 21-28 Mei.

Meme itu bisa dijadikan salah satu indikasi bahwa para pencinta bulu tangkis Indonesia memang rindu agar trofi itu kembali ke Tanah Air.

Indonesia kali terakhir menjadi juara Piala Sudirman pada 1989 atau 28 tahun lalu. Gelar itu menjadi titel juara perdana dan satu-satunya bagi Indonesia.

Selanjutnya, Indonesia harus puas menjadirunner-up dan semifinalis. Dalam ajang dua tahunan yang pertama kali digelar pada 1989 ini Indonesia sudah mengoleksi satu gelar juara, enam kalirunner-up, dan enam kali semifinalis.

Senyum Susy, tangisan Lee

Susy Susanti langsung tersenyum ketika ditanya tentang penampilannya pada final Piala Sudirman 1989 di Jakarta ketika mengalahkan pemain tunggal putri Korea Selatan, Lee Young-suk.

"Waktu itu, saya masih 18 tahun dan Indonesia dalam keadaan tertinggal 0-2. Saya pemain ketiga. Di kamar ganti, saya juga ikut tegang. Tapi, saya hanya berpikir harus terus mengejar bola ke mana saja," ujar Susy ketika ditemui di pelatnas Cipayung pekan lalu.

Hasilnya, Susy menang 10-12, 12-10, 11-0. Meski sempat tertinggal di gim pertama, dia membalikkan keadaan di gim kedua.

"Saya juga memanfaatkan lawan yang berlinang air mata di gim ketiga. Saya juga tak tahu kenapa, tapi kabarnya ada sesuatu yang terjadi dengan dia dengan manajernya," tutur Susy, yang kini berperan sebagai manajer tim Indonesia di Piala Sudirman 2017.

Kabarnya, ofisial Korea Selatan geram dan melayangkan tamparan di kedua pipi Lee karena pemain tersebut kehilangan gim kedua. Menuju gim ketiga, Lee masuk ke lapangan dengan perasaan kacau dan masih menangis.

Baca Juga:

"Saya langsung memanfaatkan situasi itu. Saya juga tak memberi dia poin. Saya menyelesaikan gim ketiga dengan 11-0," tutur Susy.

"Padahal, saya biasanya tak pernah mengalahkan lawan tanpa memberi dia poin. Kali ini berbeda karena saya tak ingin memberi dia kesempatan untuk membalikkan keadaan," kata perempuan yang merupakan Kabid Binpres PBSI ini.

Kemenangan Susy mengubah skor menjadi 1-2. Hasil ini jelas mengembalikan kepercayaan diri Indonesia yang akhirnya bisa mengalahkan Korea Selatan 3-2 di final yang digelar di Istora Senayan, Jakarta, itu.