Ingin Dirikan Sekolah Ibu, Hengky Kurniawan Tuai Kontroversi di Medsos

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Nama Hengky Kurniawan tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan netizen. Dalam unggahannya di akun Instagram pada Kamis (27/12), mantan pemain film yang kini menjabat sebagai Wakil Bupati Kabupaten Bandung Barat ini mengatakan akan meluncurkan program Sekolah Ibu pada 2019 mendatang di wilayah Kabupaten Bandung Barat. 

Sekolah Ibu ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap perempuan tentang berumah tangga, menghadapi suami, berkomunikasi dengan anak-anak yang beranjak dewasa. Tak hanya itu saja, menurut sang wakil bupati ini pada akun instagramnya ada banyak materi lainnya yang akan dipaparkan oleh para profesional seperti psikolog dan dosen.

Program Sekolah ibu ini rupanya terinspirasi dari program serupa yang diadakan oleh Walikota Bogor, Bima Arya, untuk menekan angka perceraian. Bahkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pun juga mendukung program ini dan pernah menghadiri acara 'wisuda' Sekolah Ibu di Bogor beberapa waktu lalu.

"Dari 5-30 November 2018, kasus perceraian di KBB (Kabupaten Bandung Barat) sebanyak 244 Kasus. Kalau di rata-rata berarti setiap harinya ada 9-10 orang yang mendaftarkan perceraian. Ini menjadi masalah yang serius bagi kami Pemerintah Kabupaten Bandung Barat. Inshaa Allah di tahun 2019 kami meluncurkun Program 'Sekolah Ibu'," tulis Hengky dalam akun Instagramnya.

Hal ini sontak menjadi bahan perbincangan para netizen, terutama para perempuan. Banyak para perempuan yang menganggap bahwa apa yang direncanakan Hengky adalah bentuk lain dari misoginis. 

"Jadi, manajemen emosi, perselingkuhan, dan penelantaran mayoritas adalah masalah suami dalam pernikahan, tapi apabila terjadi perceraian perempuan yang kurang dapat menahan emosi dan harus disekolahkan?Where's the logic in that," ujar seorang pengguna Instagram dengan akun @husnamrh.

Ia juga menambahkan data yang didapat dari Komnas Perempuan pada 2017 bahwa ada 9.609 kasus KDRT di ranah privasi, dan 5.167 kasus atau 53,7 persen di antaranya adalah kasus kekerasan terhadap istri. 

Financial planner ternama Ligwina Hananto juga turut memberikan pendapatnya.

Dua hari berselang, unggahan tersebut diubah. Kolom komentar dinonaktifkan dan Hengky memberikan klarifikasinya.

"(note: tidak ada yang menyalahkan ibu dalam kasus perceraian. Program sekolah ibu berhasil menekan angka perceraian di kota Bogor. Seperti yang Kang Bima sampaikan ke saya waktu study banding. Ibu-ibu yang tadinya menuntut cerai suaminya akhirnya menarik gugatan cerainya setelah mengikuti sekolah ibu. Tentu ini program baik yang bisa kita contoh. Pematerinya dari kalangan profesional, psikolog, dosen, profesor, polwan, wanita karier yangsukses. Dan program ini mendapatkan apresiasi dari Bapak Gubernur. Bila ada yg salah dalam pemahaman atau kurang berkenan, mohon dimaafkan ) Haturnuhun...," tulis Hengky.

Tetapi netizen tak tinggal diam. Berbagai reaksi terus bermunculan.

"Bila bapak berani-berani nya nge-disabled comment dari rakyat mengenai masalah seperti ini, bagaimana kami para rakyat dapat mempercayai bapak untuk menjadi penyuara kami dalam pembuatan solusi suatu masalah, bila bapak bahkan tidak bisa menerima masukan-masukan dari rakyat bapak sendiri? Shame on you, if you want respect, then you have to respect others too. Respect is earned, and for that, I have no slight of respect for you pak," tulis akun @sherinnataya

"Betul, harusnya yang disekolahkan itu ke-2nya jangan mendisclaimer kalau perempuan yg salah akibat perceraian, saya kurang setuju dengan sekolah ibu ini. yang ada juga sekolah pra nikah jadi keduanya sama-sama belajar buat kehidupan setelah nikah. Kalau kaya gini seakan-akan pernikahan kalau cerai salah si istrinya. Ga ngerti lagi sama pola pikir pak Hengky ini coba dipikir-pikir lagi sebelum membuat program apalagi yang mendiskriminasi antara laki-laki dan perempuan," komentar netizen dengan akun @ristinurcahyani.

Istri Hengky, Sonya Fatmala, juga turut mendapat sorotan karena mendukung program Sekolah Ibu tersebut. Banyak perempuan yang menyayangkan hal tersebut dan menganggap Sonya tidak peka dengan situasi yang ada.

Dalam unggahan Instastorynya ia menulis bahwa sebagai perempuan, ia sangat mendukung program tersebut untuk bisa lebih mandiri dan memahami tugasnya sebagai perempuan.

"Saya sebagai perempuan setuju dan mendukung program tersebut. Bukan karena perempuan itu lemah dan menjadi penyebab ini itu di rumah tangga. Namun sebagai perempuan kita harus bisa menyetarakan diri kita, harus bisa mandiri, lebih paham lagi apa tugasnya sebagai perempuan dan bagaimana bersikap yang baik," tulis sonya.

Bagaimana pendapat Anda dengan rencana Sekolah Ibu ini?