Ingin ke Mars, NASA Disebut Hadapi Risiko Medis Gravitasi Nol

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Lembaga Antariksa AS (NASA) percaya dapat menempatkan manusia diMarsdalam waktu 25 tahun. Namun, ada risiko kesehatan yang akan dihadapi ilmuwannya dalam proses itu. Misalnya, radiasi kosmis yang mematikan, potensi kehilangan penglihatan, dan atrofi tulang.

Dilansir dariAFP, mantan astronot NASA Tom Jones mengatakan bahwa mereka akan menyelesaikan penelitian tersebut dalam waktu 25 tahun. Ia juga menambahkan bahwa penelitian ini akan memberi tantangan besar bagi teknologi dan medis.

Diketahui, perjalanan dari Bumi ke Mars dikatakan dapat menimbulkan masalah ilmiah yang jauh lebih besar dibandingkan misi Apollo ke bulan. Hal tersebut disebabkan oleh jarak yang harus ditempuh untuk pergi ke planet merah sekitar 225 juta kilometer, yang berjarak lebih jauh dibandingkan pergi ke bulan.

Berdasarkan teknologi yang dimiliki oleh roket saat ini, diperkirakan astronot dapat sampai di Mars dalam waktu sembilan bulan. Mereka akan terkena dampak gravitasi nol yang sangat besar, seperti perubahan pembuluh darah pada retina yang menyebabkan degradasi pada penglihatan.

Selain itu, dampak dari gravitasi nol juga menyebabkan kerangka akan menyerap kalsium dan massa tulang.

Dalam hal ini, NASA disebut sedang mempertimbangkan cara untuk mengatasi dampak perjalanan ke Mars terhadap tubuh manusia. Salah satunya adalah dengan mempercepat waktu tempuh ke Mars.

Astronot dan efek mikrogravitasi. (REUTERS/NASA/Jim McDivitt/Handout)

Jones mengatakan bahwa perlu ada peningkatan teknologi roket lewat penerapan teknologi nuklir.

Dalam kondisi demikian, maka perjalanan ke Mars tidak akan memakan waktu begitu lama, sehingga setiap astronot akan menerima jumlah radiasi yang sama dari biasanya dan akan dianggap aman.

NASA saat ini sudah memiliki penjelajah robot baru yang diberi nama zoom InSight untuk menuju Mars, dan akan mendarat pada 26 November setelah lepas landas dari California pada 5 Mei.

Proyek yang senilai US$993 juta (Rp14,4 triliun) ini bertujuan memberikan pengetahuan mengenai kondisi interior Mars, dan menginformasikan upaya yang harus dilakukan oleh para peneliti saat pergi ke sana. Badan antariksa AS ini juga akan mengirimkan robot penjelajah pada 2020 ke Mars untuk menentukan kelayakan lingkungan pada planet merah tersebut.

Saat ini sejumlah perusahaan swasta di sejumlah negara sedang membangun sebuah teknologi yang dapat digunakan untuk melakukan misi perjalan ke Mars, seperti SpaceX. Beberapa ahli mengatakan bahwa eksplorasi yang baru dilakukan ke Bulan dapat menjadi perbekalan untuk menjalani perjalanan ke Mars, seperti pengetahuan tentang cara mengeluarkan air atau menggunakan teknologi yang lainnya.

Berita Terkait