Ahli di Bidang Penerbangan, Ini 3 Karya dan Temuan Terbesar BJ Habibie
Kecerdasan menjadi karakter yang paling melekat pada nama Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie.
Sebelum berkarier di dunia politik hingga diangkat menjadi presiden, menggantikan Soeharto, BJ Habibie aktif bergelut di bidang penerbangan di Jerman.
Jika ditulis lengkap dengan gelar, nama pria kelahiran 25 Juni 1936 ini menjadi Prof DR (HC) Ing Dr Sc Mult BJ Habibie.
Jajaran gelar itu ia peroleh setelah mengenyam studi teknik, khususnya konstruksi pesawat terbang, sampai ke Jerman, hingga kemudian menghasilkan berbagai karya dan temuan besar.
Berikut tiga karya dan temuan terpopuler BJ Habibie yang dihimpunSUARA.com:
1. Teori Habibie
Crack progression theory, alias teori Habibie, dipakai untuk memprediksi crack propagation point, atau letak awal retakan pada pesawat.
BJ Habibie menghasilkan temuan itu saat berusia 32 tahun, dengan perhitungan yang sangat detail, sampai ke tingkat atom.
Berkat temuan Habibie ini, pesawat di dunia lebih hemat bahan bakar dan standar keamanan pada pesawat ditingkatkan.
Risiko kecelakaan pesawat pun berkurang, dan proses perawatannya menjadi lebih mudah dan murah.
2. Pesawat N-250
BJ Habibie mengepalai tim pembuatan pesawat terbang Indonesia N250.
Saat diluncurkan pada 1995, pesawat penumpang sipil (airliner) regional komuter turboprop ini menjadi primadona IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia, DI) dalam upaya merebut pasar di kelas 50-70 penumpang.
Dari rencana semula dibuat empat pesawat prototipe N-250, hanya dua yang telah diwujudkan: Gatot Kaca, yang terbang perdana dengan 50 penumpang pada 10 Agustus 1995, dan Krincing Wesi dengan 68 penumpang pada 19 Desember 1996.
Produksi pesawat ini terhenti karena krisis ekonomi 1997.
3. Pesawat R80
Bersama putra sulungnya, Ilham Akbar Habibie, BJ Habibie mendirikan PT Regio Aviasi Industri, perusahaan yang bergerak dalam bidang perancangan, pengembangan, dan manufaktur pesawat terbang.
Produk dari perusahaan tersebut adalah pesawat RAI R80, yang merupakan lanjutan dari N-250. Proyek R80 diluncurkan pada 2012 dan terbang perdana pada 2017.
Keunggulannya, pesawat R80 dilengkapi teknologi fly by wire, sistem kendali yang menggunakan sinyal elektronik dalam memberi perintah. Selain itu, pesawta ini irit bahan bakar dan bisa mengakses bandara kecil, meskipun memuat banyak penumpang.
Saat ini, status pesawat berkapasitas 80 sampai 92 penumpang ini masih dalam rancangan, tetapi 155 unit sudah terjual.