Intip Bilik Sterilisasi untuk Cegah Covid-19 Buatan Institut Teknologi Telkom Surabaya

pada 5 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Rektor Institut Teknologi Telkom Surabaya Tri Arif Sardjono di depan bilik sterilisasi buatan IT Telkom Surabaya (foto: @sapawargasby)

Uzone.id- Bilik kotak berwarna merah itu ditempatkan di rumah dinas Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Risma dan warga Surabaya berharap bilik tersebut bisa diandalkan untuk mencegah penyebaran virus corona Covid-19. Siapa pembuatnya?

Ternyata bilik sterilisasi atau sterilization chamber itu dikembangkan oleh Institut Teknologi Telkom Surabaya. Terdapat dua jenis, yakni tipe chamber dan tipe tunnel. Kedua model itu merupakan contoh dan akan diperbanyak dalam waktu dekat.

"Sebenarnya banyak yang membuat bilik sterilisasi ini. Ada yang bentuk tenda dan seperti tempat cuci mobil. Jadi kepikiran bentuknya bilik karena bisa lebih sempurna ketimbang cuci tangan. Seluruh badan bisa bersih dari virus," kata Risma usai menjajal bilik sterilisasi itu.

Dikatakannya, masih banyak yang harus disempurnakan untuk bilik ini, termasuk cairan yang masih dalam pengembangan oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Bahkan, bagian bawahnya yang sebelumnya dipasangi karpet juga akan diganti dengan bahan khusus anti kuman seperti bahan yang dipakai setelah keluar dari kamar operasi.

(foto: ITTelkom-SBY.ac.id)

Dalam keterangan yang dikutip dari situs ITTelkom-sby.ac.id,  alat tersebut terdiri dari dua bagian dan memiliki sistem kerja mengubah bahan cair menjadi uap dengan menggunakan batuan humidifier. Intinya alat ini terdiri dari dua bagian chamber dan humidifieryang mengubah air menjadi asap.

"Selain dibuat model Chamber alat sterilizer ini juga dibuat dengan model Tunnel sehingga dapat memberikan efisiensi dalam penggunaannya. Ini bentuknya chamber jadi bisa dilihat ini perlu waktu, kalau antriannya panjang, waktunya ya, sehingga kita kepikiran kemarin setelah dari Ibu memberi masukan dan sebaginya tadi malem kita coba merealisasikan Tunnel seperti terowongan, itu sedang di buat di sana lagi dikerjakan, jadi orang tinggal masuk, kemudian keluar,” jelas Rektor ITTS, Tri Arif Sardjono.

Dalam mengkreasikan alat sterilizer ini, Rektor ITTS mengatakan, masih diperlukan beberapa pengujian dan membutuhkan kerjasama berbagai keilmuan dan tenaga kesehatan untuk dapat menyempurnakan Alat Sterilization tersebut.

“Penggujian perlu waktu, ini kita gunakan dulu, kita gerakan semua bukan hanya dari sini tapi semua di Indonesia karena  ini sangat simple, kemudian kita gunakan desinfektan yang aman, karena kalo disinfektan bisa jadi ada yang tidak tahan, mata iritasi dan sebagainya, jadi ini yang perlu diperhatikan, sekali lagi kita ngak bisa sendiri, perlu ngerangkul semuanya dan barang-barang dan masif, itu kata kuncinya,” tambah beliau.

Arif juga menjelaskan ke awak media bahwa pihaknya sudah bekerjasama dengan Tropical Infectious Center Disease yang bersedia memberikan mikroba virus untuk keperluan pengujian sterilization Chamber tersebut. Dalam persiapan agenda tersebut pihak ITTS sudah menyiapkan robot yang dapat difungsikan dalam upaya pengujian.

“Untuk pengujian tadi malam kita sudah kontak Tropical Infectious Center Diseases, Pak Tri ini mau disediakan virus apa, tapi saya memikirkan yang menentukan virusnya ayo bareng-bareng, bukan saya, langsung temen-temen yang ngurusi langsung dengan pasien, tetapi saya memikirkan teknis ketika baju kita yang diuji dikasih Virus pasti ngak ada yang mau pakek, ya kita bikinkan yang pasti pakek robotlah, temen-temen mahasiswa ini sudah menyiapkan robot, yang nanti akan kita gunakan, akan masuk untuk nguji,”vungkap beliau sambil mendemokan kerja robot penguji.

Harapan Rektor ITTS alat Sterilization versi Chamber dan versi Tunnel ini bisa cepat terealisasi oleh Ibu Tri Rismaharini dan bisa diproduksi untuk disebarluaskan di berbagai tempat yang membutuhkan alat ini.