Isu Telur Palsu di Medsos Hoaks, Hanya Mainan Anak dari Korea

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipid Siber) Bareskrim Polri mengungkap isu telur palsu yang belakangan meresahkan masyarakat. Bareskrim Polri memastikan isu tersebut adalah hoaks, yang menyebar di media sosial.

Menurut Kasubdit II Dittiped Siber Bareskrim Polri, Kombes Asep Safrudin, informasi telur palsu awalanya tersebar dalam bentuk video. Berdasarkan penyelidikan, video telur palsu terjadi di Pasar Johar Baru dengan video yang diperagakan oleh pedagang bernama Syahroni. 

"Beliau menjelaskan secara detil bahwa seolah-olah telur tersebut palsu dan ibu-ibu yang ada disini akhirnya terkaget-kaget, kemudian mereka percaya bahwa telur itu palsu," terang Asep di Kantor Pasar Johar Baru, Jakarta Pusat, Selasa (27/3).

Namun, setelah dilakukan penyelidikan dan pemeriksaan dengan beberapa pihak terkait terhadap telur tersebut, disimpulkan bahwa telur tersebut adalah telur asli yang kualitasnya sangat bagus untuk dikonsumsi.

"Hasil patroli saya di Ditsiber bahwa ada orang sedang membuat telur palsu. Jadi seolah-olah dibikin yang putih telurnya dimasukkan ke dalam plastik, kuningnya dimasukkan, kemudian dikasih komentar bahwa hati-hati telur palsu sudah masuk ke negara kita," jelas Asep.

Asep menjelaskan, bahwa isu telur palsu juga disebabkan karena sebuah postingan di media sosial. Dalam postingan tersebut dijelaskan bahwa telur yang dijual adalah telur palsu, sebagai mainan anak-anak.

"Padahal ini bukan telur palsu, tapi ini adalah telur mainan yang diproduksi di Korea, untuk dijual dan untuk main anak-anak, hasilnya memang untuk diperjualbelikan sebagai mainan. Inilah yang diviralkan oleh orang-orang sehingga Syahroni kemakan isu telur palsu," imbuh Asep.

Asep mengimbau kepada masyarakat agar tidak langsung percaya terkait isu telur palsu tersebut. Pihak polisi juga akan menindak tegas pihak-pihak yang berusaha menyebarluaskan video atau informasi terkait isu telur palsu.

"Kalau ada yang dicurigai kalau ada isu itu, agar langsung dibawa ke laboratorium atau serahkan ke pihak terkait. Itu akan lebih bagus, daripada di dapur dibuka dibikin video sendiri dan diviralkan dan itu bisa dijerat dengan UU ITE," pungkasnya.