JadiProblem SolverGak Bisa ‘Cari Aman’ Terus
Kolom oleh: Direktur Digital Business Telkom Indonesia, M. Fajrin Rasyid.
Uzone.id– Dari perusahaan skala startup sampai korporasi besar sekalipun, pasti ada saja tipe orang yang ‘nggak enakan’. Tidak enak bilang “tidak”, sampai merasa malas berdebat yang berujung pada sikap ‘cari aman’. Padahal, nggak selamanya berdebat itu hal negatif selama objektifnya untuk memecahkan masalah.
Generasi muda secara umum dilihat sebagai pemikir yang (bisa jadi) lebih kritis dibanding generasi sebelumnya karena perbedaan perspektif. Namun, tidak semua orang berani menyuarakan gagasan karena enggan berdebat —dan dianggap cari konflik— apalagi kalau gagasan tersebut bertolak belakang dengan atasannya.
Bisa-bisa langsung dicap membangkang dan beneran dianggap cari masalah.
Cari aman barangkali sepintas terlihat mudah. Namun, hal ini kurang optimal bagi diri sendiri maupun perusahaan dalam jangka panjang.
Baca juga: Hikmah dari Tech Winter yang 'Paksa' Startup PHK Karyawan
Bagi diri sendiri, hal ini akan membuat kita kurang "stand out" dibandingkan dengan yang lain. Padahal, seringkali dalam memilih kandidat, faktor tersebut diperhitungkan.
Sementara itu, bagi perusahaan, hal ini dapat mengurangi budaya inovasi di dalam perusahaan. Ini bisa membuat mereka kalah bersaing dengan kompetitor yang lebih inovatif.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan terkait dengan mengemukakan pendapat. Pertama, semakin kuat argumen, semakin baik. Jika memungkinkan, bawalah data yang mendukung pendapat kita.
Misalnya, kita ingin mengajukan untuk mengganti fitur A yang sudah ada di website perusahaan dengan fitur B. Kalau kita tidak memiliki data, kita akan dianggap nyeleneh.
Namun, jika kita sudah menyebarkan kuesioner dan data dari sana menunjukkan fitur B lebih baik daripada fitur A dan oleh karena itu kita mengusulkan hal di atas, pendapat kita akan lebih mudah untuk diterima atau didiskusikan.
Baca juga: UU PDP Bak Ibu Tiri yang Beri Superioritas Semu ke Lembaga Pemerintah
Kedua, perhatikan cara dalam mengemukakan pendapat. Tidak dapat dipungkiri, kita hidup di Indonesia yang menjunjung tinggi etika dan oleh karena itu, cara menyampaikan perlu kita pelajari.
Misalnya, tidak semua pendapat bisa disampaikan di dalam forum besar. Sebagian dapat disampaikan secara pribadi atau di dalam forum yang lebih kecil.
Gaya bahasa dan intonasi juga perlu diperhatikan. Daripada "pernyataan Anda buruk, lebih baik <argumen>", akan terdengar lebih profesional jika menggunakan kalimat seperti, "saya dapat melihat argumen Anda, namun barangkali akan lebih baik jika kita mempertimbangkan <argumen>."
Mudah-mudahan kedua tips sederhana di atas dapat mendorong kita untuk lebih berani berpendapat agar dapat mencapai perkembangan yang baik bersama-sama!