Jatuh Bangun Startup di 2024: Zenius Tutup, Temu, hingga Masalah CEO eFishery
Uzone.id— Tahun 2024 sudah hampir selesai, tentu banyak kejadian-kejadian besar terjadi selama setahun belakangan termasuk di industri startup Indonesia. Dari fenomena pemangkasan yang masih terus berlangsung hingga permasalahan CEO yang menyebabkan huru-hara di lingkungan perusahaan.
Lalu, kejadian besar apa sajasihyang terjadi sepanjang tahun ini? Yuk cek kilas baliknya berikut ini.
Zenius Undur Diri
Awal tahun 2024 dikejutkan dengan ditutupnya pelopor startup edutech di Indonesia yaitu Zenius setelah 20 tahun berdiri.
Melalui pernyataan CEO Zenius, Sabda PS yang dikirimkan kepada Uzone.id, Rabu (3/1), ia mengaku platform edukasi online yang sudah berdiri sejak 20 tahun lalu itu memang mengalami tantangan operasional.
“Saat ini Zenius sedang mengalami tantangan operasional, dan kami sangat menyesal atas ketidaknyamanan yang akan ditimbulkan bagi para pengguna kami,” ungkap Sabda.
Ia melanjutkan, “kami mengambil langkah strategis untuk menghentikan operasi secara sementara, tetapi kami menjamin bahwa kami tidak akan berhenti berusaha untuk menjalankan dan mewujudkan visi untuk merangkai Indonesia yang cerdas, cerah, asik.”
Sayangnya, Sabda tidak memberikan alasan atau penjelasan secara detail mengenai masalah yang dialami startupnya ini, pun begitu dengan kepastian tentang rencana selanjutnya.
TikTok Resmi Kuasai Tokopedia
Awal tahun juga menjadi langkah baru untuk Tokopedia dan TikTok dimana pada Februari 2024, TikTok resmi merampungkan investasi mereka di Tokopedia.
Dengan begitu, resmi pula TikTok menjadi pengendali saham di Tokopedia dengan jumlah 75,01 persen saham untuk TikTok dan sisanya 24,99 persen untuk GoTo.
PHK Masih Berlangsung
Meski tak semarak tahun sebelumnya, beberapa startup masih melakukan pemangkasan karyawan sebagai bagian dari strategi perusahaan. TikTok Shop dan Tokopedia misalnya, pada Juni 2024, ByteDance resmi melakukan pemangkasan karyawan TikTok Shop dan Tokopedia di Indonesia.
Dalam keterangan yang dibagikan Nuraini Razak, Direktur Corporate Affairs Tokopedia dan ShopTokopedia, pemangkasan ini merupakan bagian dari strategi yang bertujuan untuk menyelaraskan tim agar sesuai dengan tujuan perusahaan usai penggabungan TikTok dan Tokopedia.
“Menyusul penggabungan TikTok dan Tokopedia, kami telah mengidentifikasi beberapa area yang perlu diperkuat dalam organisasi dan menyelaraskan tim kami agar sesuai dengan tujuan perusahaan,” kata Nuraini dalam keterangan tertulis yang diterima Uzone.id.
Tidak disebutkan berapa banyak karyawan yang terdampak dalam putaran PHK kali ini, pihak Tokopedia pun tidak memberikan jumlah pasti berapa pekerja yang terdampak. Namun beberapa waktu lalu sebelumnya beredar kabar kalau jumlah tersebut mencapai 450 karyawan di TikTok Shop dan Tokopedia di Indonesia.
Selain TikTok Shop-Tokopedia, ada juga startup unicorn eFishery yang melakukan pemangkasan karyawan dengan pertimbangan matang berdasarkan restrukturisasi dan perubahan strategi bisnis perusahaan.
Tidak disebutkan berapa banyak karyawan yang terdampak dalam putaran PHK massal ini, karena proses pemangkasan ini masih dalam proses. Per 2022 lalu, startup asal Bandung ini memiliki kurang lebih 1000 karyawan.
Bukalapak juga turut menutup sejumlah lini bisnis mereka serta memangkas sejumlah karyawan pada November 2024. Lalu ada Privy dan Alodokter yang turut memangkas karyawan mereka di Indonesia.
Ancaman Temu di Indonesia
Di tengah huru-hara startup di Indonesia, muncul platform e-commerce Temu yang menjadi ‘musuh’ pemerintah dan UMKM lokal. E-commerce asal China yang menawarkan harga super murah ini diketahui terus melakukan lobi agar bisa berjalan di Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) kembali menegaskan bahwa platform e-commerce tersebut tetap dilarang masuk ke Indonesia.
“Nggak, nggak (boleh masuk ke Indonesia). Temu nggak bisa, karena merusak ekosistem, terutama UMKM Indonesia,” kata Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi kepada awak media, Selasa, (02/10).
Ada beberapa alasan kenapa Temu dilarang di Indonesia, yang pertama adalah Predatory Pricing. Karena modelnya yang menghubungkan langsung produk dari pabrik ke konsumen, Komdigi menjelaskan hal ini akan memungkinkan terjadinya predatory pricing atau price dumping.
Selain harga yang berpotensi merusak pasar, barang-barang di Temu juga tidak terjamin kualitasnya. Apalagi saat ini Temu belum setuju untuk mengikuti aturan dan regulasi yang ada di Indonesia.
Tak hanya itu, Aplikasi Temu sendiri sudah muncul di App Store dan Play Store, namun Kominfo menegaskan bahwa aplikasi ini belum comply dan terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) di Indonesia.
Bubarnya Startup Tanifund
Selain Zenius, startup Tanifund juga menjadi startup lokal yang memutuskan untuk bubar. Berbeda alasan dengan Zenius, Tanifund bubar akibat permasalahan yang terjadi di lingkungan perusahaannya.
Sebelum memutuskan bubar, 8 Mei 2024 kemarin, OJK resmi mencabut izin usaha Tanifund atau PT Tani Fund Madani Indonesia sesuai dengan keputusan yang ditetapkan. Pencabutan ini dilakukan setelah perusahaan gagal memenuhi kewajibannya pada para nasabah.
Dari tahun 2020, tercatat ada 128 orang yang merupakan gabungan pemberi pinjaman (lender) mengaku harus menanggung kerugian hingga Rp14 miliar karena Tanifund yang tidak memberikan revenue pada mereka.
Salah satu kuasa hukum dari korban Tanifund menyebut bahwa para lender sudah tidak menerima imbalan hasil atau menerima revenue semenjak tahun 2021 silam.
Hampir dua tahun tak mendapat kejelasan, para pemberi pinjaman pun melaporkan Tanifund ke Bareskrim Mabes Polri pada Februari 2023 dengan tuduhan penipuan, penggelapan uang dan tindak pencucian uang dalam pengelolaan dana investasi.
Huru-hara CEO eFishery
Startup unicorn yang sempat mencuri banyak perhatian yakni eFishery juga tersandung masalah menjelang akhir tahun 2024 ini.
Setelah adanya kasus penipuan dan PHK di lingkungan perusahaan, per Desember 2024, Founder Gibran Huzaifah sebagai Chief Executive Officer (CEO) dan Chief Product Officer, Crisna Aditya resmi dicopot dari jabatannya.
Dua co-founder eFishery tersebut dibebastugaskan dari posisinya saat ini dengan alasan penyelidikan karena dugaan penyelewengan keuangan perusahaan. Kabar ini pertama kali dibagikan oleh DealstreetAsia pada Senin, (16/12).
Dengan pencopotan jabatan tersebut, eFishery saat ini beroperasi dengan CEO sementara yakni Adhy Wibisono.
"eFishery saat ini beroperasi di bawah kepemimpinan Adhy Wibisono, sebagai Interim CEO, dan Albertus Sasmitra, sebagai Interim CFO,” kata pihak eFishery dalam keterangan resminya.
Diketahui, Adhy Wibisono memiliki pengalaman beragam di berbagai perusahaan termasuk startup unicorn lainnya seperti GoTo. Adhi sempat menjabat sebagai Group CFO NWP Property selama lebih dari tiga tahun serta pernah menjabat sebagai CFO untuk GoPay dan Combiphar.
Sementara itu, Albertus Sasmitra juga pernah menjabat sebagai Director dari Northstar Group, CFO Trimegah Sekuritas Indonesia dan menjadi CEO Office Holdco dari GoTo Group.
Nihil Unicorn
Tahun 2024 juga menjadi tahun yang cukup sunyi bagi startup Indonesia. Hal ini karena tidak adanya startup lokal baru yang naik level menjadi unicorn.
Menurut Direktur Ekonomi Digital CELIOS, Nailul Huda kepada Uzone.id, pendanaan di tahun tahun 2024 untuk ekonomi digital dan ekosistemnya turun jauh dibandingkan tahun 2021-2022.
Investor belum melihat kembali startup Indonesia sebagai salah satu tujuan investasi mereka sehingga masih enggan untuk berinvestasi di startup digital Indonesia.
“Selain karena suku bunga the Fed yang masih tinggi, ada kondisi yang menyebabkan ekonomi digital Indonesia masih belum membaik. Mulai dari kasus perlindungan data pribadi hingga fraud yang dilakukan oleh beberapa startup,” ujarnya.
Nailul menambahkan bahwa investor tidak mau mengambil risiko tersebut. Sehingga tidak ada startup digital yang mampu menjadi unicorn di tahun 2024.