Johnny Depp Minta Maaf Setelah Mengancam Trump

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Aktor Hollywood Johnny Depp akhirnya meminta maaf setelah melontarkan lelucon yang dianggap mengolok-olok Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, Kamis (22/6) lalu. Permintaan maaf ini dilakukan setelah badai kritik menerpanya. 

Dilansir dariUSA Today, Depp meminta maaf lewat pernyataan yang diterimaUSA Todaypada Jumat (23/6). "Saya mohon maaf atas lelucon buruk yang saya lontarkan semalam, mengenai hal buruk tentang Presiden Trump," ujarnya.

Sebelumnya, Depp mengucapkan lelucon saat berbicara di festival musik Glastonbury yang berlangsung di Somerset, Inggris. Dia mengungkapkan keinginan untuk 'membunuh' Donald Trump. 

"Bisakah kita membawa Trump ke sini?" ujar Depp saat itu. "Saya pikir dia butuh bantuan," ujarnya sebagaimana yang terekam dalam video yang viral di media sosial. 

 "Ini akan menjadi pemberitaan dan itu akan mengerikan, tapi saya suka Anda adalah bagian darinya. Kapan terakhir kali seorang aktor membunuh seorang presiden?" kelakarnya lagi.

Saat kerumunan penonton bersorak, Depp dengan serius mengusap dagunya. "Saya ingin mengklarifikasi, saya bukan aktor, saya berbohong mencari nafkah," katanya. 

Associated Pressmelaporkan bahwa Depp kemudian menambahkan bahwa kejadian aktor membunuh presiden sudah lama terjadi.  "Sudah lama, dan mungkin sudah waktunya," timpal mantan suami aktris Vanessa Paradis itu merujuk aktor John Wilkes Booth yang membunuh Presiden Abraham Lincoln pada 1865.

Menanggapi lelucon Depp, pihak Gedung Putih mengeluarkan sebuah permyataan tidak resmi. Dalam peryataan tersebut dikatakan Presiden Donald Trump telah mengecam semua kekerasan dan menyebut Depp menyedihkan karena tidak mengikutinya. 

Pernyataan tersebut mendesak rekan-rekan Depp di Hollywood untuk berbicara menentang "retorika semacam ini sekuat yang mereka mau jika komentarnya ditujukan kepada pejabat terpilih demokrat."

Sementara itu, sebelum kontroversi pernyataan Depp, komedian Kathy Griffin telah lebih dulu memicu kemarahan publik AS saat dia memajang foto dirinya sebagai Donald Trump yang pura-pura "dipenggal kepalanya".