Jokowi dan Selera Fashion-nya yang Suka-suka

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Jam masih menunjukkan pukul 06.30 WIB saat kami tengah bersiap 'membuntuti' Joko Widodo yang kala itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sudah menjadi rutinitas bagi kami melakukan peliputan hingga ikut blusukan, menempel iring-iringan mobil gubernur. Termasuk hari itu, hari dimana Jokowi seharusnya menghadiri peresmian pasar di Ciracas, pertengahan 2013 silam.

"Pak, jadi ke Ciracaskan?" tanya seorang wartawan Kompas.com ketika Jokowi melangkah menuju mobil dinasnya di Balai Kota DKI Jakarta.

"Ciracas? Ada apa di sana?" jawabnya santai. Ini memang gaya khas mantan Walikota Surakarta tersebut jika ditanya wartawan. Jawabannya suka bercanda atau terkesan tidak serius, bisa juga pura-pura tak tahu.Ah, sudah biasa.

"Lho, kankatanya peresmian pasar?" kata wartawan Merdeka.com menimpali.

"Oh, iya. Sudahyuk," ujarnya bergegas.

Tampilan Jokowi waktu itu memakai kemeja putih (yang sudah seperti seragam wajib), celana bahan hitam, dan sepatu pantofel. Khusus untuk sepatu, kami yang sehari-hari bertugas di Balai Kota sudah hafal betul. Iya, lantaran si bapak kadang 'kucing-kucingan' atau tidak mau memberitahu pergi kemana, maka kami 'mencirikan' dari sepatunya.

Kalau dia memakai sepatu pantofel dipadu kemeja putih, batik, atau jas, berarti tempat tujuannya adalah acara formal dan semiformal. Tapi, kalau padanannya adalah kemeja putih dan sepatu kets atau sepatu santai, maka tak salah lagi pasti blusukan ke kampung-kampung, pasar, dan rumah warga.

Hari itu kami yakin bahwa ia memang akan pergi menghadiri peresmian pasar. Ya sudah, kami berlari menuju mobil stasiun TV untuk menumpang ikut liputan. Kebetulan, saya dapat tumpangan di mobil KompasTV bersama rekan wartawan lainnya. Starter mobil sudah dinyalakan, siap berangkat. Kami tinggal menunggu mobil dinas Jokowi keluar teras Balai Kota.

Lima hingga sepuluh menit kami tunggu, kok mobil Jokowi belum keluar juga?. Curiga, kami lantas keluar mobil dan menengok ke dalam Balai Kota. Ternyata, si bapak turun lagi lalu melihat-lihat taman. 'Kejutan' seperti ini sebenarnya cukup sering dilakukan, tapi tetap saja membuat wartawankecele.

"Kokturun lagi, Pak?" tanya seorang wartawan.

"He-he-he.Enggakapa-apa," jawabnya setengah meledek.

Tak sengaja, saya lantas melihat ke arah sepatunya. Sudah tidak pakai pantofel, melainkan kets warna cokelat gelap yang modelnya berkiblat padaoxford style.

[caption id="attachment_106043" align="alignnone" width="300"]Jokowi saat menunjukkan sepatunya./firdapuri[/caption]

"Wah, sepatu baru ya, Pak?" kata saya.

"Gimana bagusndakmodelnya?" ujar Jokowi balik bertanya.

"Bagus, Pak. Mahal ya, Pak?" kata saya spontan.

"Ah,ndak. Berapa ya? Sekitar Rp 200 apa Rp 300 ribugitudi Taman Puring," ujarnya.

Karuan saja akhirnya para wartawan memilih membahas soal sepatu barunya itu. Dari kenapa memilih warna cokelat sampai alasan ganti sepatu. Maksudnya, alasan ganti dari sepatu pantofel ke sepatu kets itu. Tapi, jawabannya malah begini: "Tuh, lihattuh, sepatu sudah sobekgini. Ini juga sudah dijahit ulang, masaenggakboleh ganti,". Ini jawabnya sambil menunjukkan sepatu lama yang memang sudah tak jelas bentuknya.

Itu cerita lama yang saya ingat soal sepatunya. Lalu, tahun berganti dan belakangan fashion yang Jokowi kenakan hampir pasti jadi viral. Apalagi, di posisinya sekarang sebagai seorang Presiden. Diawali dengan jaketbombermerek Zara, payung biru, jaket semi parasut warna biru, hingga sandal biru yang mirip merek Fladeo.

Soal jaketbomberdan semi parasut, tampaknya memang jadi favorit. Jaket-jaket ini biasanya ia pakai saat naikboatatau saat merasa badannya masuk angin. Ya, Jokowi mengakui sendiri bahwa ia memang mabuk laut. Jadi, ketika kami blusukan ke Pulau Seribu misalnya, dia memilih pakai jaket dan minyak kayu putih selalu di tangan.

Khusus untuk kesukaannya pada warna biru, tak sekadar payung dan sandal saja. Bahkan,ballpoint atau pulpen miliknya pun bertinta biru. Itu saya lihat ketika berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengannya di Balai Kota. Saat hendak meminta tanda tangan di bukunya dengan menyodorkan pulpen hitam saya, Jokowi memilih menandatanganinya dengan pulpen bertinta biru itu. Alasannya? Tak ada. Dia hanya bilang, "suka saja".

Viral fashion Jokowi tentu harus diapresiasi secara positif karena mendorong sektor ritel, fashion, dan UMKM dalam negeri jauh lebih bergairah. Bukan tak mungkin juga, berkat 'endorse'-nya ini, produk fashion Indonesia makin layak diperhitungkan dunia.