Kabar Gembira! Obat Kanker Limfoma Kini Diproduksi di Indonesia

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Ada kabar gembira terutama bagi pasien kanker limfoma, kini obatnya diproduksi di Indonesia.

Data yang dihimpun Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menunjukkan, sekitar 1.000 orang setiap hari di dunia, didiagnosis menderita limfoma. Sementara di Indonesia, diambil dari data Globocan 2018, sebanyak 35.490 orang didiagnosis limfoma dalam lima tahun terakhir dan 7.565 orang di antaranya meninggal dunia.

Angka kematian yang cukup tinggi tersebut, kata dr Ronald A. Hukom, MHSc, Sp.PD, KHOM, FINASIM dari Perhimpunan Hematologi dan Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (Perhompedin), karena lambatnya deteksi sehingga penanganannya sudah pada stadium lanjut.

"Lebih parah lagi, karena masih ada pasien yang tidak berobat ke dokter yang tepat, atau memilih pengobatan melalui jalur alternatif, atau dukun,” jelas dr Ronald di acara Peringatan Hari Peduli Limfoma Sedunia bersama Ferron Par Pharmaceuticals dan Cancer Information and Support Center (CISC) Indonesia, di Jakarta, Sabtu (15/9/2018).

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa salah satu masalah nyata yang dihadapi oleh pasien limfoma adalah mahalnya harga obat-obatan.

Menurut Aryanthi Baramuli Putri, pendiri CISC Indonesia, keberadaan BPJS memang sangat membantu pasien dalam pengobatan kanker, namun masih perlu banyak perbaikan sehingga pelayanan pengobatan kanker akan menjadi semakin baik.

Peringatan Hari Peduli Limfoma Sedunia bersama Ferron Par Pharmaceuticals dan Cancer Information and Support Center (CISC) Indonesia, di Jakarta, Sabtu (15/9/2018). (Suara.com/Firsta Nodia)

"Obat-obatan limfoma masih dirasakan cukup mahal, dan tidak semua masuk dalam jaminan BPJS. Meskipun ditanggung BPJS, tetap saja ada prosedur panjang yang harus dilalui oleh penderita kanker. Fasiltas rumah sakit yang terbatas membuat pasien juga harus menunggu antrean untuk tindakan, bahkan sampai beberapa bulan," ujar Aryanthi.

PT Ferron Par Pharmaceuticals sebagai salah satu pemasar obat kanker untuk terapi limfoma telah memproduksi obat hasil pengembangan bendamustin, yakni Fonkomustin.

Presiden Direktur PT Ferron Par Pharmaceuticals Krestijanto Pandjin mengatakan Fonkomustin adalah produksi PT Fonko International Pharamceuticals yang dikembangkan oleh saintis Indonesia.

Produk tersebut, lanjut dia, sangat dibutuhkan penderita limfoma. Krestijanto mengatakan sebelum Fonko memproduksi, Fonkomstin tidak dijual di Indonesia. "Inilah yang menjadi latar belakang, supaya penderita limfoma bisa mudah mendapatkannya di Indonesia. Karena diproduksi di Indonesia, harga obat limfoma ini juga lebih terjangkau," jelas Krestijanto.

Ia berharap penderita kanker limfoma mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik dengan bendamustin-rituximab ketimbang kemoterapi standar yang memiliki lebih banyak efek samping.

 

Berita Terkait: