Kaleidoskop 2022: Fenomena Startup yang Trending di Tahun 2022
Uzone.id- Perjalanan perusahaan teknologi di Indonesia selama tahun ini bisa dibilang penuh lika-liku, bahkan terjal. Setelah ramai startup yang gulung tikar di saat pandemi, tahun 2022 juga menjadi tahun dimana startup-startup mengalami berbagai fenomena.
Termasuk soal PHK massal yang menjangkit berbagai startup di dunia dan Indonesia.
Sepanjang tahun ini, kita juga mendengar banyak istilah baru di dunia startup, mulai dari Bubble Burst, Tech Winter dan Layoff atau PHK yang tak asing di telinga. Selain itu, Resesi juga menambahlististilah yang ramai di-mention selama 2022 ini.
Menjelang pergantian tahun, mari kita recap dan bahas satu persatu istilah-istilah yang ‘hits’ di kalangan perusahaan teknologi tersebut.
Pertama, fenomena layoff
Mungkin fenomena ini menjadi ‘pembuka’ dari banyak istilah yang awalnya asing menjadi familiar di kalangan masyarakat soal startup. PHK massal atau layoff sudah sepertidaily newsyang hampir muncul setiap bulan, bahkan setiap minggu. Netflix, Amazon, Meta, Spotify hingga Twitter tak luput dari fenomena PHK massal selama 2022.
Bahkan, ada kalanya kabarlayoffini muncul berkali-kali di hari yang sama. Contohnya, GoTo dan Ruangguru melakukan pemangkasan karyawan di hari yang sama.
Pemangkasan jumlah karyawan ini merupakan salah satu strategi perusahaan untuk menghadapi kemungkinan adanya krisis di masa depan, serta menjadi langkah ‘efisiensi’ dari perusahaan.
Baca juga:Kaleidoskop 2022: Perjalanan Terjal Dunia Siber Indonesia Penuh Kebocoran
Hal ini dilakukan perusahaan untuk terus bertahan di tengah kondisi keuangan yang tidak berjalan lancar, salah satunya dengan cara mengurangi cost pembayaran upah karyawan yang menyebabkan adanya PHK massal.
Menurut Tony Robbins dikutip dariGlints,efisiensi bisnis di kalangan startup dan perusahaan teknologi merupakan kemampuan perusahaan untuk memaksimalkan output mereka berdasarkan waktu, uang dan sumber daya yang dimiliki.
Kedua, Bubble Burst
Di kuartal pertama 2022, Indonesia ramai dengan fenomena Bubble Burst. Fenomena ini bisa dibilang menjadi salah satu alasan startup melakukan pemangkasan jumlah karyawan hingga gulung tikar.
Secara sederhana, bubble burst ini adalah sebuah situasi dimana sesuatu (dalam kasus ini nilai aset atau startup) dalam keadaan sukses, lalu tiba-tiba berhenti menjadi sukses, dikutip dariCollin Dictionary.
Mengutip dari laman Investopedia, Bubble Burst atau ledakan gelembung adalah sebuah siklus ekonomi yang ditandai dengan eskalasi nilai pasar yang terlalu tinggi dan cepat, namun diiringi juga dengan penurunan nilai dalam waktu yang juga cepat.
Biasanya, bubble ini diciptakan oleh lonjakan harga aset yang didorong oleh perilaku pasar yang subur (exuberant). Bubble juga biasanya dikaitkan dengan perubahan perilaku investor, meski begitu hal ini masih diperdebatkan.
Potensi Bubble Burst dapat diperhatikan lewat beberapa hal, seperti strategi ‘Bakar Uang’ yang dilakukan perusahaan startup.
Salah satu contoh dari strategi ini bisa berupa adanya cashback, diskon, voucher, dan juga free ongkir. Dilihat dari marketing dan peluang untuk menarik perhatian banyak konsumen, ini tentu strategi bagus. Namun ini juga akan membebani arus kas dari perusahaan.
Resiko dari strategi ini, apabila startup ini tak memberikan laba yang diharapkan, maka para investor akan beramai-ramai menarik investasinya sehingga menyebabkan perusahaan gulung tikar.
Selanjutnya, fenomena Tech Winter
Saat sebuah kondisi buruk akan terjadi biasanya banyak orang menyebut ‘Winter is coming’, dan dari sinilah muncul istilah Tech Winter yang menggambarkan kondisi di industri teknologi.
Masih berkaitan dengan dampak PHK massal di kalangan perusahaan teknologi, Tech Winter muncul sebagai gambaran kondisi ekonomi global di sektor startup.
Dampak dari Tech Winter ini beragam, seperti pemberhentian perekrutan, pemangkasan biaya, hingga PHK karyawan untuk mengamankan finansial perusahaan yang terus memburuk.
Baca juga:Kaleidoskop 2022: Startup Indonesia yang Terkena Badai PHK
Mengutip dari Kolom Direktur Digital Business Telkom Indonesia, Muhammad Fajrin Rasyid berjudul ‘Perlukah Was-was Hadapi Tech Winter?’, Tech Winter ini disebabkan salah satunya oleh keinginan investor untuk berinvestasi di bidang yang memiliki risiko kecil seperti halnya deposito bank dalam situasi ekonomi seperti sekarang ini.
Hingga akhirnya, saham perusahaan teknologi besar mengalami penurunan, begitupun startup yang belum go public dan menggunakan perusahaan ini ikut kena imbasnya.
Terakhir, ada fenomena Resesi
Resesi sebenarnya bukan fenomena khusus di dunia startup, namun fenomena yang diramal akan muncul di tahun 2023 dan menghantui keseluruhan laju ekonomi secara global.
Dunia disebut akan ‘gelap gulita’ akibat adanya fenomena ini, perusahaan teknologi termasuk startup juga sudah menyiapkan strategi mereka untuk menghadapi kemungkinan melambatnya perputaran ekonomi di tahun yang akan datang.
Selama 2022 ini, PHK karyawan menjadi salah satu strategi yang banyak digunakan startup hingga perusahaan teknologi guna mempersiapkan diri dan biaya agar tetap bertahan di tahun 2022.
Melansir dari berbagai sumber, resesi ini merupakan istilah untuk menggambarkan keadaan dimana perputaran ekonomi di suatu negara berubah menjadi lebih lambat atau semakin memburuk. Dalam kasus saat ini, resesi bisa jadi menimpa berbagai negara.
Ada berbagai faktor yang menyebabkan kehadiran resesi ini, beberapa yang paling ramai dibicarakan adalah inflasi, masalah geopolitik antara Rusia dan Ukraina dan juga pandemi.
Perputaran ekonomi yang melambat akan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama, bisa jadi tahunan. Hal ini diakibatkan karena pertumbuhan produk domestik bruto negara yang menurun dari kuartal ke kuartal selanjutnya.