Kaleidoskop 2023: 5 Startup Lokal dan Decacorn yang Tumbang Tahun Ini

pada 4 bulan lalu - by

Uzone.id –Walaupun tidak ‘sedingin’ 2022tech wintermasih terjadi di tahun 2023 ini, bahkan beberapa startup besar menjadi korban dan memutuskan untuk tutup layanan di tahun ini.

Tak sedikit startup yang awalnya menjanjikan dan sudah bergelar unicorn (bahkandecacorn) tidak bertahan di tahun 2023 ini. Ada banyak alasan kenapa startup-startup ini terpaksa untuk menutup perusahaan mereka di Indonesia.

Salah satunya adalah kondisi ekonomi yang masih belum stabil yang mana faktor ini mempengaruhi pendanaan dari para investor. Para investor juga kebanyakan lebih selektif dalam berinvestasi mengingat resiko yang semakin tinggi.

Berikut beberapa startup terkenal yang terpaksa harus gulung tikar sepanjang tahun 2023.

Ula

Beberapa tahun lalu, Jeff Bezos sempat memberikan dana sokongan untuk 2 startup Indonesia, salah satunya adalah Ula. Startup yang mengoperasikan platform e-commerce business-to-business ini membantu para pengecer kecil untuk mengatasi inefisiensi dalam rantai pasokan, inventaris, dan modal kerja.

 

 

Startup ini pada awalnya menjanjikan, namun satu tahun setelah disuntik dana oleh Bezos Expedition dkk, Ula melakukan pemangkasan karyawan untuk pertama kalinya di akhir 2022 dan berdampak ada 23 persen karyawan mereka.

Lalu, pada Oktober 2023 ini, Ula kembali melakukan PHK terhadap karyawannya dan memutuskan untuk menutup layanan FMCG mereka.

Ula tidak sepenuhnya tutup, mereka mengumumkan akan beralih dari bisnis distribusi FMCG mereka namun hingga saat ini Ula tidak memberikan detail mengenai nasib bisnis mereka selanjutnya.

JD.ID

Selanjutnya, ada e-commerce  JD.ID yang memutuskan untuk undur diri dari pasar Indonesia pada akhir Maret 2023 nanti. Belum juga satu dekade beroperasi di Indonesia, JD.ID harus hengkang dan menutup operasi mereka di tanah air.

JD.ID sempat menjadi startup dengan status unicorn, dimana tahun 2020 lalu platform penjualan online ini mengkonfirmasi bahwa nilai valuasi JD.ID mereka mencapai lebih dari USD1 miliar.

JD.ID menjadi startup ke-enam di Indonesia yang berhasil menyandang status ini. Bahkan menurut manajemen, JD.ID sudah memiliki status ini dari tahun 2019. Di saat yang hampir bersamaan, JD.ID juga sempat masuk dalam 5 besar e-commerce teratas di Indonesia. 

Sebelum memutuskan untuk hengkang, JD.ID sudah lebih dulu melakukan pemangkasan jumlah karyawan di Indonesia. Tak hanya sekali, di tahun 2022 JD.ID melakukan PHK sebanyak 2 kali.

WeWork

Sempat menyandang status sebagai decacorn dengan valuasi tinggi di dunia, nasib startup co-working space asal Amerika Serikat WeWork berujung buruk.

Startup yang juga hadir di Indonesia ini resmi mengumumkan bangkrut setelah kinerja dan keuangan mereka terjun bebas selama bertahun-tahun. 

“Perusahaan telah menandatangani perjanjian dukungan restrukturisasi dengan dukungan kuat dari para pemangku kepentingan untuk secara drastis mengurangi utang,” tulis WeWork dalam pengumuman resminya.

 

 

WeWork sendiri berdiri pada tahun 2010 lalu oleh Adam Neumann, Rebekah Neumann dan Miguel McKelvek. Startup yang satu ini sempat menjadi ‘anak emas’ investor dan memiliki valuasi tinggi hingga USD47 miliar di tahun 2019 atau sekitar Rp735 triliun.

Di ujung nasibnya, WeWork diketahui memiliki utang yang lebih besar dibanding aset yang mereka miliki. Utang WeWork saat ini mencapai USD18,6 miliar atau Rp290 Triliun, sementara aset mereka hanya senilai USD15 miliar atau Rp234 Triliun.

Selain itu, WeWork juga terlilit hutang sebesar USD100 juta atau Rp1,5 triliun dalam bentuk tunggakan sewa dan biaya pemutusan kontrak pada pemilik perusahaan real estate dan properti.

Tumbasin

Platform online untuk sayur dan buah-buahan Tumbasin memutuskan untuk berhenti beroperasi di Indonesia setelah kurang lebih 6 tahun berdiri. Berdiri di tahun 2017, ditutupnya Tumbasin ini diumumkan melalui LinkedIn CEO-nya, Bayu Mahendra Saubig pada Selasa, 2 Mei 2023 lalu.

“Dengan berat hati, kami harus mengumumkan bahwa perusahaan akan mengajukan pailit,” tulisnya, dilansir dari Tech in Asia, Senin, (08/05).

Di tahun 2020, startup ini sempat mengalami pertumbuhan yang signifikan dengan pengguna harian mencapai 1000, dan 14 ribu pengguna aktif. Startup ini juga merupakan salah satu produk dari gerakan 1000 Startup Digital yang digagas oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).

 

 

Ditutupnya Tumbasin menjadi kabar buruk bagi startup e-groceries di Indonesia, pasalnya sebelum Tumbasin, ada TaniHub yang menutup gudang mereka dan SayurBox yang melakukan pemangkasan karyawan.

Pegipegi

Terakhir, ada startup pemesanan tiket dan penginapan Pegipegi yang resmi memberhentikan layanan operasional mereka setelah 12 tahun berdiri. Kabar ini diumumkan pada hari Senin, (11/12) lalu melalui website resmi perusahaan.

Pegipegi merupakan startup agen dan travel yang didirikan pada tahun 2012 lalu. Selain menutup layanan dan website, aplikasi Pegipegi yang diluncurkan pada 2015 lalu juga sudah tidak muncul di Apple App Store maupun Google Play Store.