Kapolri Jelaskan Cara Kerja Terorisme di Dunia Maya

pada 8 tahun lalu - by

Kepala Kepolisian RI (Kapolri) Tito Karnavian mengatakan salah satu upaya melawan terorisme adalah lewat pendekatan siber. Perlawanan tersebut berupa patroli siber dan serangan siber pada hubungan komunikasi dan jaringan terorisme.

"Kita harus menggunakan kemampuancyber counter terrorismejuga. Jadi melakukancyber patrol(patroli dunia maya),cyber attack(serangan siber) kepada mereka, termasukcyber surveillance(pengawasan siber) kepada mereka," kata Tito, Rabu (21/12) malam.

Patroli siber tersebut dilakukan oleh tim pasukan siber yaitu dengan memantau aktivitas atau pergerakan jaringan terorisme lewat dunia maya. "Ada timcyber army,cyber troops(pasukan siber), mereka tiap hari kerjanya hanya membacawebsite,"tuturnya.

Dalam memantau lamanwebsite,tim tersebut melakukan pelacakan terhadap situs yang menjadi komunikasi para teroris di dunia maya. "Kemudian ketangkap satu nanti adachatting room-nya, mereka kemudianchatting room-nya diikuti ikut masuk dalam gabung dengan mereka itu di antaranya," tuturnya.

Pelacakan itu tersebut juga dapat dilakukan terhadap alat pengiriman pesan sepertiwhatsappdaninstagram.

"Kan teknik-teknikcyber patrolini juga sama sebenarnya dengan teknik-teknik dalam dunia nyata ada yang menggunakansurveillance(pengawasan) nyata gitu ya diikuti ada juga kita," ujarnya.

Setelah masuk dalam obrolan komunikasi jaringan teroris itu, Tito mengatakan, pihak kepolisian melakukan penyamaran untuk masuk seolah-seolah menjadi bagian kelompok-kelompok teroris dengan menggunakan berbagai akun termasuk ikutchattingdalam komunitas mereka.

Kapolri mengatakan pemerintah mewaspadai adanya perekrutan teroris melalui media sosial. "Memang adanya rekruitmen lewat media sosial namanyacyber terorism. Jadi bergerak di dunia maya. Jadi istilah merekacyber jihad," tuturnya.

Kapolri menuturkan terorisme yang bergerak di dunia maya itu, melakukan rekruitmen dan pelatihan melalui dunia maya. "Jadicyber recruitment(rekrutmen lewat dunia maya,cyber training(pelatihan lewat dunia maya), jadi latihannya tidak melalui fisik tapi hanyaonline(dalam jaringan)," tuturnya.

Para teroris mempelajari cara membuat bom lewat dunia maya. Mereka juga membuatcyber operation(operasi lewat dunia maya), yakni mensurvei target dan melakukan pendanaan terorisme dalam jaringan.

"Mereka menggunakan bit coin, yang dipakai di dunia maya," tuturnya.

Ancaman terorisme yang dihadapi adalah jaringan teroris. Pihak kepolisian telah menjajaki dari dulu jaringan kelompok teroris hingga sel-sel terkecil.

"Sebagian besar terdeteksi tapi mereka juga sebagian besar berusaha menghindari deteksi intelijen dengan menggunakan metode-metode termasuk sistem komunikasi mereka," ujarnya.