Kebangkitan Tenun Tanimbar

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Tenun ikat Tanimbar merupakan salah satu dari banyaknya kekayaan tradisional yang dimiliki oleh Indonesia. Sayangnya, jumlah penenun sudah semakin berkurang karena ada anggapan bahwa tenun ikat tidak memberikan peluang ekonomi yang menjanjikan.

Untuk membangkitkan kembali tradisi setempat, pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat menggandeng desainerbrandTenun Gaya, Wignyo Rahadi, untuk melakukan revitalisasi tenun Tanimbar.

(Baca juga artikel:Paulina Katarina Hadir di Seminyak, Bali)

“Pelatihan pengembangan tenun Tanimbar ditujukan untuk melestarikan kearifan lokal tersebut agar punya daya pakai dan daya jual lebih tinggi sehingga dapat mengikuti dinamika era yang semakin modern dan dikenal secara luas,” ujar Wignyo Rahadi.

Tenun Tanimbar yang tadinya tampak kaku, terasa berat, dan memiliki warna yang mudah luntur dikembangkan menjadi lebih ringan, lembut, dan tidak luntur tanpa meninggalkan motif tradisi yang menjadi identitasnya.

Hasil pengembangan tenun Tanimbar pun telah dipertunjukan dalamtalk show“Tenun Tanimbar” dan peragaan busana koleksi bertema “Metamorphoseast” di Palalada, Grand Indonesia, pada 2 Maret 2017.

Terinspirasi dari pakaian tradisi Jepang, koleksi busana yang menggunakan tenun Tanimbar dengan motif Ulerati ini terbuat dari bahan katun dan sutra, dan didominasi warna biru yang dikombinasikan dengan warna abu-abu.

Koleksi “Metamorphoseast” juga akan ditampilkan dalamfashion showyang diselenggarakan oleh KBRI di Tokyo, Jepang, pada tanggal 6 April 2017.