Kekalahan sebagai Penutup Karier Didier Drogba

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Adalah impian setiap pesepak bola untuk menutup karier profesional dengan raihan trofi. Tidak terkecuali striker yang namanya harum bersama Chelsea, Didier Drogba.

Langkah pamungkas Drogba sebetulnya akrab dengan kesuksesan. Lihat saja bagaimana striker Pantai Gading ini menutup kariernya di Chelsea. Selalu ada trofi yang mengiringinya.

Di periode pertama, pertandingan terakhir Drogba menjadi epos yang selalu dikenang oleh suporterThe Blues. Karena untuk kali pertama sepanjang sejarah, Chelsea merengkuh trofi Liga Champions dengan mengalahkan Bayern Muenchen.

Betapa heroik pula lakon Drogba dalam pertandingan yang berlangsung pada 2012 tersebut. Chelsea sempat tertinggal 0-1 sebelum eks pemain Olympique Marseille ini menyamakan kedudukan via tandukan di pengujung waktu normal. Berlanjut sampai adu penalti, Drogba kembali tampil sebagai penentu dengan eksekusi yang menaklukkan Manuel Neuer.

Kado manis kembali diterima Drogba ketika menutup periode kedua yang berlangsung dari 2014 sampai 2015. Saat Drogba menjalani partai pamungkasnya melawan Sunderland, Chelsea sudah mengunci gelar juara Premier League. Jadi laga itu sekadar penghormatan buat Drogba dan ban kapten melingkar di lengannya.

 

Memang Drogba menderita cedera sehingga ditarik keluar pada menit ke-30. Namun, dia tetap mendapatkan perlakuan spesial karena ditandu oleh rekan-rekannya sendiri ke pinggir lapangan.

Berbagai stori indah ketika menutup perjalanan di Stamford Bridge tentu menginspirasi Drogba untuk mengulanginya, terutama ketika menjalani laga pamungkas sebelum gantung sepatu. Ya, sudah sejak Maret 2018, pemain 40 tahun ini menyatakan bakal pensiun di akhir musim. 

Partai penutup kali ini hadir di final USL Cup --turnamen yang melibatkan peserta liga level kedua Amerika Serikat-- antara Phoenix Rising dan Louisville City, Jumat (9/11/2018) pagi WIB. Asa melihat Drogba tampil heroik melambung, menimbang catatan 3 golnya untuk Phoenix di pentas itu.

Drogba sudah berjuang untuk mewujudkan mimpi juara sebagai kado penutup karier. Dia sempat menari-nari di tengah lapangan, seolah membuktikan sentuhannya belum hilang. Sejumlah tembakan, termasuk dari luar kotak penalti yang merupakan salah satu spesialisasinya, dilepaskan ke gawang Lousville. Namun, semua itu tidak cukup pada akhirnya, Drogba harus mengubur asa akibat gol Luke Spencer yang memenangkan Lousville dengan skor 1-0.

Terlepas dari hasil negatif di laga pamungkasnya, Drogba tetaplah Drogba. Sepanjang kariernya, dia telah menuliskan berbagai prestasi gemilang. Catatan 367 gol dari 679 pertandingan menjadi bukti sahih terhadap ketajamannya.

Sementara menyoal prestasi secara kolektif, Drogba sudah merasakan banyak gelar bergengsi. Selain satu trofi Liga Champions, curriculum vitae sang striker berhiaskan empat gelar juara Premier League, empat Piala FA, tiga Piala Liga Inggris, satu Super Lig Turki, satu Piala Turki, dan satu Piala Super Turki. 

Maka tak heran jika Drogba tetap menerima apresiasi dari suporter setelah pertandingan. Dia sempat berjalan menuju tribune di mana penonton menyambutnya dengan aplaus.