Keluarga Cemara Juga Punya Haters

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

"Selamat pagi Emak, selamat pagi Abah..."

Bukan hanya lagu dariKeluarga Cemaraitu yang melekat dalam ingatan. Karakter Emak, Abah, Euis, Ara dan Agil juga sangat ikonis. Yang juga diingat, ceritanya yang sederhana.

Keluarga Cemarapernah menghiasi layar televisi Indonesia sejak 1996 hingga 2005. Namun mendadak cerita keseharian yang bergantung pada penghasilan seorang penarik becak itu dihentikan. Adi Kurdi, pemeran Abah kini mengungkap alasannya.

"Sebab jika semua orang mengikuti gaya hidup sederhana tokoh Abah, maka produk industri tidak ada yang mau membeli," katanya pada Jumat (17/8), seperti dilaporkanAntara.

 


Meski hidup di kota, keluarga Cemara dikisahkan bahagia dengan hidup yang sederhana. Tanpa mobil, motor atau rumah, harta paling berharga bagi mereka adalah keluarga.

Adi tak menampik, banyak pihak yang tidak suka dengan konsep itu. "Jangan Anda anggap semua suka," tuturnya tentang cerita yang diangkat dari sebuah majalah itu.

Namun ia tidak mengungkapkan lebih lanjut apakah itu hanya bercanda, dan siapa saja 'haters'Keluarga Cemara.

Namun kiniKeluarga Cemaraakan dikembalikan ke hadapan penonton Indonesia. Setelah kurang lebih 13 tahun, cerita yang dahulu serial televisi itu dijadikan film. Ceritanya, kata Adi, lebih fokus pada kehidupan Abah sebelum menjadi penarik becak.

 


Ia mengungkapkan, dahulu Abah adalah seorang kaya. Ia bahkan punya perusahaan. Namun kemudian mereka jatuh miskin dan harus berhadapan dengan kehidupan di roda terbawah. Kisah saat Abah masih kaya dan belum ke Sukabumi itulah yang diangkat jadi film.

"Saya sudah bertemu dengan Arswendo Atmowiloto dan para pemainnya," ujar Adi.

Film layar lebarKeluarga Cemaramemang akan diisi para pemain baru. Itu termasuk Ringgo Agus Rahman yang menjadi Abah, Nirina Zubir, Maudy Koesnaedi, Asri Welas, dan Zara JKT 48.


Arswendo sebagai penulisKeluarga Cemara, telah membebaskan Visinema Pictures yang menggarap film itu, untuk bereksplorasi dengan ceritanya. Masalah yang dihadapi keluarga Abah pasti berbeda. Meski begitu, nilai-nilai yang diusung kebanyakan masih sama.

"Ada dua nilainya, kejujuran dan rasa syukur," ujar Arswendo padaAntara.

Berita Terkait