Kenapa Pembatasan Pertalite Berdasarkan Kapasitas Mesin?
Uzone.id-Wacana pembatasanPertaliteyang ditargetkan diberlakukan mulai tahun ini bakal menerapkan beberapa opsi pembatasan, salah satunya adalah berdasarkankapasitas mesin mobil.
Jadi kalau nanti diberlakukan, tidak semua mobil bisa menenggakPertalite, karena hanya mobil-mobil dengan kapasitas mesin dibawah 1.500cc saja yang diperbolehkan. Sedangkan motor, yang mesinnya di bawah 150cc yang masih boleh.
Lalu kenapa hanya mesin-mesin di bawah 1.500cc yang dilarang ‘minum’ Pertalite?
Secara teknis, membahas BBM pasti bakal terkait dengan rasio kompresi mesin atau proses pemampatan bahan bakar dalam mesin.
Kompresi mesin adalah proses pemampatan bahan bakar ke dalam silinder mesin agar memiliki tekanan tertentu untuk nantinya dibakar oleh percikan api dari busi.
Sementara yang disebut rasio kompresi mesin adalah perbandingan antara volume pada saat piston berada di Titik Mati Bawah (TMB) dan volume pada saat piston berada di Titik Mati Atas (TMA).
Dengan kata lain, rasio kompresi dapat dianggap sebagai perbandingan antara volume total ruang silinder dan volume bahan bakar yang terkompresi di dalamnya.
Rasio kompresi mempengaruhi jumlah oktan atau komponen molekuler dalam bahan bakar yang akan mempengaruhi tingkat tekanan yang dihasilkan.
Nah, BBM Pertalite sendiri punya kadar oktan RON 90, yang secara matematis sanggup meladeni kompresi mesin antar 9:1 sampai maksimal 10:1. Artinya, mesin-mesin dengan kompresi di atas angka tersebut tidak cocok menggunakan Pertalite.
Mobil-mobil modern saat ini apalagi yang kapasitas mesinnya besar dan menggunakan turbo, punya rasio kompresi bahkan di atas 11:1 untuk mendukung performanya.
Bahkan, mobil-mobil LCGC yang kapasitas mesinnya tidak lebih dari 1.200cc, sudah tidak dianjurkan nenggak Pertalite karena rasio kompresinya sudah tinggi.
Sebagai contoh Honda Brio Satya kelas LCGC memiliki rasio kompresi mesin 10,1:1, Toyota Avanza baru dengan rasio kompresi 11:1, hingga Daihatsu Rocky 1.2 dengan kompresi 12:1.
Kandungan oktan yang rendah dapat menyebabkan masalah pada mesin kendaraan yang memiliki kompresi tinggi.
Penggunaan Pertalite pada mesin dengan rasio kompresi tinggi dapat menyebabkan pembakaran terlalu dini. Hal ini dapat menimbulkan gejala knocking atau mengelitik di mesin. Tenaga yang dihasilkan pun jadi kurang maksimal.
Sejumlah efek dari penggunaan Pertalite pada mesin dengan rasio kompresi tinggi:
- Proses pembakaran telat
- Tenaga dan torsi berkurang dari biasanya
- Tarikan mesin menjadi lebih berat
- Ruang bakar akan cepat kotor
- Emisi bahan bakar tinggi
- Dapat menghambat komponen utama mesin
Nah, kesimpulannya, meskipun belum ada alasan resmi dari pemerintah kenapa pembatasan Pertalite berdasarkan kapasitas mesin, karena kebanyakan mesin-mesin mobil berkapasitas besar punya ratio kompresi yang tinggi, sehingga tidak cocok dengan Pertalite.