Kenapa Ujung Sayap Pesawat Melengkung ke Atas?
Selain ruang kaki yang sempit dan posisi duduk tegak yang agak kurang nyaman, Banyak hal unik dari sebuah pesawat terbang yang tak diketahui orang banyak.
Beberapa dari kamu mungkin menjawab pramugari-pramugari yang cantik dan posisi tempat duduk dekat jendela.
Berbicara tentang duduk dekat jendela, kamu pasti pernah melihat dan penasaran mengapa beberapa jenis pesawat memiliki sayap yang ujungnya melengkung ke atas.
Jawaban dari rasa penasaran Anda itu akan terjawab dalam penjelasan berikut ini.
Ujung sayap yang melengkung itu bukan hanya sebagai hiasan. Ujung melengkung itu punya fungsi penting untuk kenyamanan dan kestabilan sebuah pesawat terbang.
Dalam dunia penerbangan, ujung sayap pesawat (wingtip) yang melengkung disebut 'winglet'. Winglet ini sebenarnya banyak macamnya. Namun yang dibahas di sini adalah winglet yang mengarah ke atas.
Winglet ini punya fungsi tambahan yang penting untuk mengurangi atau bahkan mengatasi vortisitas ujung sayap (wingtipvortex), yaitu tekanan di atas dan bawah sayap saat pesawat terbang bergerak.
Mengapa Vortisitas Penting?
Vortisitas adalah turbulensi mini di sekitar sayap yang disebabkan oleh pergerakan pesawat saat menembus udara. Vortisitas inilah yang mempengaruhi kecepatan, jangkauan, kinerja, jarak tempuh, serta konsumsi bahan bakar dari sebuah pesawat terbang.
Selain itu, jika pesawat lain melewati daerah yang sama di mana vortisitas tercipta, pesawat akan kehilangan stabilitas atau dalam skenario terburuk, bahkan bisa mengakibatkan kecelakaan.
Vortisitas juga tidak baik dari segi lingkungan. Karena adanya hambatan yang dihasilkan dari vortisitas, membuat konsumsi bahan bakar pesawat terbang lebih banyak. Dan itu artinya emisi karbon dioksida dan partikel lain yang lebih tinggi, selain menambah polusi suara.
Bagaimana Vortisitas Terbentuk?
Sekarang Anda sudah tahu bahwa vortisitas itu tidak bagus bagi sebuah pesawat terbang. Tapi bagaimana vortisitas ujung sayap ini bisa terbentuk?
Saat pesawat bergerak, aliran udara akan dibagi saat melewati depan sayap. Dan karena penempatan sudut sayap, tekanan yang lebih tinggi mengalir di bawah sayap dan tekanan yang rendah mengalir di atas sayap. Hal ini akan menghasilkan perbedaan tekanan udara antara bagian atas dan bawah sayap yang memungkinkan pesawat untuk terangkat.
Dan seperti yang kita tahu, cairan mengalir dari daerah tekanan tinggi ke daerah tekanan rendah. Sementara udara terus mengalir dari bawah ke bagian atas dari sayap di bagian ujungnya (di mana sayap berakhir), sehingga menciptakan turbulensi atau tornado mini yang disebut vortisitas.
Lalu Bagaimana Pesawat Mengatasi Turbulensi itu?
Untuk mencegah pembentukan vortisitas, ada dua solusi yang disarankan oleh para insinyur dan peneliti pesawat.
Pertama, dengan menciptakan sayap yang panjangnya tak terhingga untuk memisahkan aliran udara sepenuhnya dari bawah ke daerah atas sayap. Sayangnya ide ini tidak pernah bisa diterapkan.
Pilihan kedua adalah menciptakan struktur yang mampu memisahkan perbedaan tekanan di antara kedua area sayap tersebut.
Dengan winglet, pesawat terbang bisa menghemat bahan bakar dan uang selain mengurangi emisi karbon dioksida dan nitrogen oksida. Meskipun winglet tidak sepenuhnya bisa menghentikan terciptanya vortisitas, namun paling tidak bisa menguranginya secara signifikan.
Teknologi winglet sendiri ditemukan oleh NASA pada tahun 1970an. Awalnya hanya pesawat Boeing yang mengadopsi teknologi ini. Permintaan pesawat dengan winglet pun mengalami kenaikan sekitar 10 persen pada tahun 2001, namun melonjak tajam menjadi 50 persen pada tahun 2005.
Sejak tahun 1980an, winglet telah menjadi bagian penting dari desain sebuah pesawat terbang.
(Sah/wittyfeed.com)