Kenapa Ular Piton di Sulawesi Tenggara Memangsa Manusia?

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Tragedi yang mengenaskan dialami oleh Wa Tiba (54), warga Desa Persiapan Lawela, Kecamatan Lohia Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Perempuan yang berprofesi sebagai petani musiman jagung itu tewas dimakan seekor ular piton.

Tubuh Wa ditemukan pada Jumat (15/6) setelah pada malam hari sebelumnya yang juga merupakan malam takbiran, Kamis (14/6), ia pamit untuk memeriksa kebun jagung yang berjarak kurang dari 1 kilometer di belakang rumahnya. Wa tidak kunjung kembali hingga waktu Sholat Ied dan kepanikan pun terjadi.

Setelah dilakukan pencarian selama 5 jam, kecurigaan warga akhirnya jatuh pada seekor ular piton bertubuh besar yang kesulitan bergerak. Benar saja, Wa ditemukan dalam tubuh ular piton yang sudah dibelah tersebut.

Meski peristiwa ini sangat mengejutkan, kejadian ular piton memakan manusia di Sulawesi bukanlah pertama kalinya terjadi. Sebelumnya pada 2017, seorang pria dari Sulawesi Barat bernama Akbar Salubiro ditemukan tewas di dalam perut ular yang biasa disebut juga sebagai sanca kembang ini. 

"Konflik ini bukan yang pertama kali. Tahun lalu juga ada di Sulawesi Barat. Kita harus tahu bahwa piton bukan hewan domestik, tapi satwa liar. Bagaimanapun jinaknya piton, mereka punya insting untuk makan," kata peneliti herpetologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy, kepada kumparanSAINS, Sabtu (16/4).

Ia juga mengatakan peristiwa seperti ini kerap kali terjadi karena tingginya konflik antara manusia dan ular akibat perubahan fungsi lahan yang juga menjadi habitat ular yang bernama ilmiahPython reticulatusini.

"Habitatnya sudah banyak berubah menjadi kebun kemudian hewan-hewan mangsanya seperti babi hutan, anoa, dan babi rusa banyak diburu orang."

Manusia Disarankan Membawa Anjing

Amir mengatakan, piton memiliki kemampuan untuk mendeteksi makhluk berdarah panas sebagai mangsanya, termasuk juga manusia. Karena itu, manusia pun tidak luput dari incaran piton apabila tidak ada mangsa lain di sekitarnya.

"Piton ini tidak mencari mangsa, ia hanya menunggu. Ketika ada di depannya yang ia anggap mangsa, maka ia akan langsung membelit untuk melumpuhkan mangsanya. Ukuran segitu pasti kuat sekali. Apalagi ini malam, korban mungkin tidak melihat adanya piton," jelas Amir.

Karena itu, Amir menyarankan, agar warga berhati-hati bila mengunjungi kebun di malam hari, terutama bila kebunnya berada di pinggir hutan.

"Kalau bisa sebaiknya membawa anjing. Anjing itu bisa mendeteksi lebih dulu kalau ada serangan dari hewan liar," saran Amir.