Keracunan Karbon Monoksida Dianggap Menyenangkan karena Terasa Relaks

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Bukan berarti, manusia tidak boleh terpapar CO atau Karbon Monoksida sama sekali. 

Batas paparan CO yang diperbolehkan Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, organisasi yang bermarkas di Washington, AS, adalah 35 ppm (parts-per-million) untuk waktu 8 jam per hari kerja.

“Kadar CO yang dianggap langsung berbahaya terhadap kesehatan adalah 1.500 ppm. Paparan lebih dari 1.000 ppm saja selama beberapa menit dapat menyebabkan gangguan sistem kardiologi, hematologi, neurologi, dan respirologi. Gejala yang muncul yakni sakit kepala, mual, dan muntah. Lalu diikuti dengan lelah, mengeluarkan keringat cukup banyak, pernapasan lebih cepat dan pendek, gugup, serta berkurangnya fungsi penglihatan,” urai Spesialis penyakit dalam dari RSU Bunda Jakarta Pusat, dr. Erik Rohmando Purba, SpPD.

Jika tidak segera ditolong menyebabkan berkurangnya kesadaran, nyeri dada mendadak, lalu korban pingsan. Nyeri di dada, menurut Erik, pertanda CO telah mengacak-acak kinerja jantung. Ajal pun mendekat. Sejumlah situs berita menyebut, di Korea Selatan, membakar briket agar terpapar CO salah satu cara populer untuk bunuh diri. 

Menanggapi hal ini, Erik menyebut kematian akibat keracunan CO semacam “kematian yang tidak disadari.” Gejala keracunan CO oleh sejumlah korban dianggap menyenangkan karena terasa relaks dan menciptakan halusinasi, mirip penggunaan narkoba. 

“Korban keracunan CO jarang bisa menyelamatkan diri dari kondisi yang penuh dengan gas CO. Keracunan CO dianggap sebagai kematian indah. Saat CO dihirup secara berlebihan, ia mencengkeram kuat hemoglobin dan menghalangi ikatan hemoglobin dengan oksigen. Inilah fase awal keracunan CO,” ulas Erik.

Jika seseorang keracunan CO, berikan pertolongan pertama dengan membawa korban ke tempat terbuka yang banyak tanaman, jauh dari sumber CO. 

Longgarkan pakaian korban supaya lebih mudah bernapas. Jika memiliki oksigen murni, berikan kepada korban untuk dihirup. Pastikan ia masih bernapas dengan menyentuh hidung, mengecek denyut jantung, dan nadi. Setelah korban siuman, buat ia tenang. 

“Jika korban panik lalu banyak bergerak maka kebutuhan oksigen meningkat dan ia akan pingsan lagi. Setelah itu, segera bawa korban ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut,” saran Erik seraya menambahkan, “Jika CO menyerang saraf otak, bukan berarti korban tidak bisa pulih 100 persen.

Keluarga mesti sabar karena penyembuhan dan daya regenerasi sel otak butuh waktu lama. Kuncinya penanganan yang cepat dan tepat, kecuali sudah timbul kerusakan otak permanen.”

(wyn / gur)