Ketika Gunung Everest Jadi Tempat Sampah Orang-Orang Kaya

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Bisa menaklukkan puncak Everest memang adalah suatu kebanggan tersendiri. Namun melihat kondisi serta lingkungan gunung tertinggi di dunia itu, tampaknya banyak orang yang harus memikirkan kembali rasa bangga tersebut.

Menurut laporanScience Alert, dalam dua dekade terakhir Gunung Everest telah berubah menjadi sebuah tempat sampah bagi para pendaki dan turis kaya.

Sejak pertama kali ditaklukkan oleh Sir Edmund Hillary pada 1953, banyak orang yang mencoba mengikuti langkahnya untuk mencapai puncak Everest, gunung yang dikenal dengan sebutan Chomolungma di Tibet dan Sagarmatha di Nepal.

Hal tersebut yang kemudian menyebabkan adanya berton-ton sampah menumpuk di lereng-lereng gunung tersebut.

Banyak turis dengan sengaja meninggalkan tenda, peralatan mendaki yang rusak, tabung gas kosong, dan bahkan kotoran manusia.

"Sangat menjijikkan dan merusak pemandangan," ujar Pemba Dorje Sherpa, penunjuk jalan yang telah mencapai puncak Everest 18 kali, dikutip dariAFP.

"Gunung ini dipenuhi berton-ton limbah," tambahnya lagi.

Sebenarnya Tibet dan Nepal telah membuat suatu sistem untuk mengajak para pendaki untuk membawa turun kembali limbah mereka.

Tibet memberikan denda bagi para pendaki untuk setiap kilogram limbah yang mereka tinggalkan. Sementara Nepal mewajibkan tiap tim untuk melakukan deposit sebesar 4 ribu dolar AS atau sekitar Rp 56 juta, yang akan dikembalikan jika tiap anggota tim membawa paling sedikit 8 kilogram sampah dari gunung.

Langkah yang dilakukan Nepal terbilang cukup sukses. Para pendaki telah membawa turun sekitar 25 ton sampah dan 15 ton kotoran manusia. Namun jumlah tersebut hanyalah setitik debu jika dibandingkan dengan sampah-sampah yang ada di lereng-lereng Gunung Everest.

Selain itu, banyak turis yang menganggap uang deposit tersebut tidak penting karena mereka telah menghabiskan kurang lebih sekitar 100 ribu dolar AS atau sekitar Rp 140 juta dalam perjalanannya ke puncak Everest.

Menurut laporan di tahun 2016, para Sherpa, penunjuk jalan di Everest, telah membuang sekitar 11.793 kilogram tinja manusia dari gunung tersebut tiap tahunnya. Mereka pun membuangnya ke sebuah parit di salah satu desa di kaki gunung. Tinja-tinja tersebut pun menjadi masalah ketika musim penghujan tiba. Limbah itu membanjiri sungai-sungai di desa tersebut.

Sekarang banyak ahli tengah mencari cara untuk mengatasi masalah tinja Everest. Mereka memiliki rencana untuk mengubah limbah tersebut menjadi bahan bakar.

Pada April dan Juni 2018, China telah berhasil menurunkan sekitar 8,5 ton sampah. Selain itu ada juga Sagarmatha Pollution Control Committee yang telah beroperasi di Nepal sejak 1991, mengimplementasikan program untuk berusaha menjaga gunung tertinggi di dunia itu tetap bersih.

Sebenarnya akan lebih mudah menjaga kebersihan gunung Everest jika setiap pengunjung mau membawa kembali sampah dan tinja mereka. Tapi tampaknya hal itu masih terlalu sulit untuk dilakukan.