Kiat Jadi Penulis Buku dari Peggy Melati Sukma

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Peggy Melati Sukma (40) sudah menulis tujuh buku. Di antaranya  My Wish, 3,5 Luapan Cinta di Air Tenang, Ku Jemput Engkau di Sepertiga Malam, serta tiga buku terbaru yang baru saja di terbitkan;  Ya Rabbana, Aku Ingin Pulang, Kun Fayakun! Menembus Palestina, dan Kuketuk Langit dari Kota Judi: Menjejak Amerika.

Rata-rata buku yang ditulis Peggy angka penjualannya menembus puluhan ribu. “Buku karya saya dicetak ulang puluhan kali, tapi sedikit pun saya tidak pernah ambil keuntungannya. Semua keuntungan saya donasikan,” ucap Peggy.

Hebatnya, tiga buku yang baru diterbitkan bisa dituntaskan Peggy hanya 30 hari. Bila digabung ketiga buku itu jumlah halamannya menembus 1000 halaman lebih. Bagaimana cara Peggy menulis tiga buku itu dalam waktu 30 hari? Padahal untuk menulis satu buku saja, ada sebagian penulis yang butuh waktu berbulan-bulan. 

Ternyata Peggy memiliki kiat-kiat jitu dalam menulis buku. “Yang terpenting ada niat dulu. Ide materi bisa muncul kapan saja. Nah kadang ketika ide itu muncul, banyak yang lupa menyimpannya,” tukas Peggy.

Uniknya, setiap ide atau gagasan itu muncul Peggy langsung bicara semua ide yang ada di benaknya dan  merekamnya. Setelah itu Peggy beraktivitas seperti biasa. Lain hari, gagasan menulis buku muncul lagi, Peggy menuangkan lewat lisan dan merekam suaranya. Begitu setiap harinya. Dari ide-ide yang sudah direkam itu Peggy akan menuangkannya dalam bentuk tulisan. 

“Tekniknya seperti wartawan wawancara nara sumber, bahasa verbal dengan tulisan kan beda jadi disesuaikan mana yang diambil dan dibuang. Setelah itu saya akan mencari literaratur yang menguatkan ide atau gagasan saya. Literatur saya lebih banyak dari Al quran, hadist dan buku-buku agama. Setelah itu baru menentukan kerangka tulisan,” beber Peggy. 

Tahap selanjutnya pasca penulisan yang meliputi revisi, penyuntingan dan publikasi.  “Gampangkan menulis buku, kunci lainnya harus rajin baca berbagai buku. Penulis buku tidak akan bisa menulis buku kalau dia bukan pembaca buku,” ucap Peggy. 

(ej/ari)