Bagi sebagian besar penduduk ibu kota, Hari Raya Idul Fitri sama artinya dengan pulang kampung atau mudik. Jutaan penduduk DKI Jakarta pulang ke kampung halamannya tiap Idul Fitri dirayakan.
Suasana ibu kota yang kerap dipenuhi macet, kebisingan, dan hiruk pikuk manusia pun berubah 180 derajat saat lebaran tiba. Jakarta menjadi kota lengang. Suasana bertolak belakang itu memunculkan ungkapan, “Satu-satunya solusi macet di Jakarta adalah lebaran’.
Selengang apapun, ibu kota tetap menjadi tempat merayakan Idul Fitri bagi segelintir warga asli DKI Jakarta. Alih-alih ramai, lebaran dirayakan di ibu kota dengan penuh ketenangan dan nyaris bebas kendaraan bermotor.
Pengalaman berlebaran di ibu kota sepanjang hidup salah satunya dimiliki Yoidohan (26), seorang warga keturunan Betawi yang tingggal di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan.
Pria yang kerap disapa Ido itu selalu berlebaran di Jakarta lantaran dirinya merupakan warga keturunan Betawi. Baginya, Jakarta bukan sekedar kota untuk mencari penghasilan. Ibu kota untuknya dan segenap saudara adalah kampung halaman.
Ido tak menganggap ada perbedaan antara merayakan lebaran di Jakarta atau luar ibu kota, meski dirinya tak pernah merasakan perayaan Idul Fitri di luar Jakarta. Ia juga mengaku tak iri dengan mayoritas teman-temannya yang selalu merayakan Idul Fitri di kampung halaman di luar ibu kota.
"Karena kebetulan rumah saudara banyakan di pinggiran Jakarta, anggap saja mudik, Jakarta-Jabar (pinggiran kota) lumayan bisa nikmatin jalanan kosong. Kalo masalah iri nggak juga. Paling beda suasana saja, (Lebaran) di kota ketemu gedung, mudik ya sawah, gunung, pantai," ujar Ido kepada CNNIndonesia.com.
Perayaan Lebaran oleh keluarga Ido biasa dimulai selepas mereka melaksanakan ibadah Salat Ied di masjid dekat rumah. Usai beribadah, Ido dan keluarga dekatnya yang tinggal dalam satu lingkungan Rukun Tetangga (RT) langsung bersilaturahmi sebelum kembali untuk istirahat di kediaman masing-masing.
Setelah itu, ia sekeluarga kerap mengunjungi rumah saudara dan kerabat yang berada di pinggiran Jakarta pada hari kedua Lebaran.
Anak sulung dari tiga bersaudara itu mengaku harus dapat mengunjungi minimal enam rumah keluarganya dalam satu hari. Jumlah tersebut wajib dipenuhi selama berkeliling sepanjang kawasan Pamulang, Kedaung, dan pinggiran Jakarta Barat yang menjadi lokasi tempat tinggal mayoritas keluarganya.
Jakarta lengang saat libur lebaran. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)
"Berhubung (keturunan) Betawi hobi beranak-pinak, kalau lebaran biasanya dibutuhin empat sampai enam hari untuk keliling (silaturahmi). Pokoknya kalau tenaga sama isi dompet belum habis ya artinya keliling lebaran belum selesai," katanya sambil tertawa.
Ido mengklaim tak merasa lelah walau harus menunaikan kunjungan ke rumah kerabat hingga tiga hari lebih. Baginya, suasana sepi ibu kota selama Lebaran membuat jarak dan waktu tempuh antar daerah menjadi dekat.
Suasana sepi ibu kota yang mendekatkan jarak itu sirna saat Ido tiba di rumah keluarganya. Menurutnya, keramaian total pasti akan tercipta tiap kunjungan berlangsung.
Ia berdalih, keramaian terjadi akibat guyub dan kerasnya nada bicara serta tawa keluarganya. "Kalau sudah kumpul suara ketawanya bisa terdengar ke Kecamatan lain."
Ingin Mudik
Walau merasa nikmat tiap merayakan Lebaran di ibu kota, Ido tak menampik jika dirinya kerap merasa ingin pergi ke luar kota saat Idul Fitri tiba setiap tahun.
Pria yang sehari-harinya bekerja di sebuah kafe itu berkata penasaran akan suasana Lebaran dan malam takbiran di daerah lain. Baginya, pasti ada perbedaan budaya dan kebiasaan menyambut serta merayakan Lebaran di tiap daerah.
Untuk mencapai tujuannya merayakan Lebaran di luar ibu kota, Ido bertekad memiliki pasangan hidup yang bukan keturunan Betawi. Ia ingin menikah dengan perempuan yang memiliki kampung halaman di luar Jakarta agar memiliki alasan untuk mudik.
"Long term relationship goalyakawinincewek dari daerah lain. Jadi Lebaran diselang-seling, bisa Lebaran di Jakarta atau di kampung si dia. Kalau dapatnya orang Betawi juga sama aja dong?" katanya penuh canda.
Ido mengaku tak menolak jika nantinya berjodoh dengan perempuan keturunan Betawi. Namun, keinginan mudik akan tetap ia miliki terlepas dari siapa perempuan yang akan dinikahinya kelak.
Sebelum itu, Idul Fitri akan terus dijalani Ido di ibu kota. Bersama sepinya jalanan Jakarta, ia dan keluarga Betawinya setia merayakan Lebaran jauh dari hiruk pikuk manusia.