Kisah Paranormal Gaul dari Bogor, Pernah Obati Jurnalis Rusia

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising
Paranormal umumnya digambarkan sebagai sosok yang penuh misteri. Berjenggot panjang. Pakai jubah. Penyendiri.
 
Berbeda dengan Ki Awan, seorang paranormal asal Bogor, Jawa Barat. Dia malah senang sharing pengalaman lewat blog. Menceritakan pengalaman-pengalaman mistis di media sosial.
 
Kehidupan Ki Awan sama seperti lelaki berkeluarga pada umumya. Pekerjaan sehari-hari menjadi human resources di salah satu perusahaan di Jakarta.
 
Dia supel. Bergaul dengan siapa saja.  Itu sebabnya, Ki Awan dikenal sebagai paranormal gaul. Dia lulusan Fakultas Psikologi Universitas Atma Jaya.
 
"Minatnya memang di sisi kebhatinan, jadi hobi satu sarana untuk ngebantu orang," ujar Ki Awan saat ditemui Suara.com di Bogor, Sabtu (23/12/2017).
 
Sikapnya terbuka sekali ketika ditemui Suara.com. Ki Awan mulai tertarik dengan dunia kebhatinan sejak umur 14 tahun. Waktu itu, masih duduk di bangku SMP kelas dua. Dia mempelajari dasar-dasar tenaga dalam bersama teman sekolah. Setelah lulus SMP dan masuk SMA, dia mempelajari dasar kebhatinan dan meditasi. Bahkan, sampai sekarang ini, dia terus menerus mengasah kemampuan.
 
"Dari SMP sudah nerima pasien, baru nolong keluarga sama teman-teman dekat saja, pas tahun 2015 sudah mulai serius terima pasien banyak," ujar Ki Awan.
 
Lantas Ki Awan berpikir, kenapa pengalamannya tidak dibagikan ke publik lewat blog. Mulai tahun 2013, dia coba-coba menulis pengalaman tentang pengobatan. Mulanya jarang ada yang berkunjung ke blog. Tapi dia tak putus asa. Berkat dukungan teman-teman, Ki Awan terus menerus menulis artikel positif tentang kesehatan. Sampai pada tahun 2015, berkat tulisan itu, Ki Awan diwawancara wartawan.
 
"Puji Tuhan tahun 2015 itu wartawan media wawancara, terus sejak itu banjir pasien. Biasanya pasien kan teman doang, teman-teman saya obatin cuman belum berani orang luar, begitu booming di artikel media, jadi banyak yang datang," ujar Ki Awan.
 
"Sebagian pasien mau diterima sebagian tidak, karena tetangga nggak open, takutnya ada konotasi negatif. Kadang saya yang pergi ketempat pasien atau ketemuan dimana. Sejak ditulis di artikel tambah banyak gila. SMS, WA, parah deh, mulai majalah misteri datang ke kantor, wartawan rusia datang," Ki Awan menambahkan.
 
Suatu hari, Ki Awan dikunjungi wartawan asal Rusia. Jurnalis ini sudah banyak mewawancarai paranormal dari berbagai belahan dunia.
 
Ternyata, wartawant tersebut menderita sakit yang sudah menahun.
 
"Dia (wartawan Rusia) bertahun-tahun sakit, jadi tiap malam dia nggak kuat jalan, kalau menurut saya ada sesuatu disini, percaya nggak percaya ada benda kalau menurut saya, terus dia nggak percaya," ujar Ki Awan sambil memperagakan adegan pengobatan.
 
Ki Awan menawarkan untuk menyembuhkan sakit pada lutut wartawan.
 
"Saya tolong, kasian sih ya dia (wartawan Rusia), nggak insiden dia sering sakit gitu. Dia nggak pecaya, dia bilang kata dokter gak ada apa-apa, kan itu kata dokter kalau menurut saya ada. Jadi pas di dalam mobil saya ambil barangnya kemudian dibuang, terus saya bilang coba dua hari atau tiga hari sudah bisa enakan. Besoknya di WA, jadi enakan kakinya jadi nggak sakit lagi, bayangin itu 8 tahun, secara mistis kalau didiamin terus itu nggak bakalan ilang selamanya," kata Ki Awan.
 
Cara Ki Awan mengobati pasien memang tidak bisa dilihat secara kasat mata. Tapi hasilnya bisa dirasakan pasien.
 
Usai pengobatan, Ki Awan sering meminta testimonial dari pasien untuk memastikan kalau manfaat pengobatannya bukan hoax.
 
"Saya nggak pengen hoax ya, susah ngebuktiin ke orang gimana. Kan yang ngerasain pasien jadi capture chat sama pasien saya simpan di laptop, bisa jadikan bukti,"ujar Ki Awan.
 
Ki Awan punya kemampuan lain selain mengobati pasien. Dia juga seorang pawang hujan. 
 
"Saya mau tekankan dulu saya bukan spesialis pawang hujan, sebenarnya bisa teknik dan pernah jadi pawang hujan, tetapi bukan kompetensinya disana,"ujar Ki Awan.
 
"Lebih beken di masyarakat mungkin tentang pawang hujan, kalau pengobatan mungkin kayak jadul gitu ya, padahal secara real pengobatan jauh lebih berguna, daripada cuman sekedar nahan ya, kalau orang sakit benar-benar nggak bisa jalan parah sih,"lanjutnya.
 
Ki Awan tidak mematok harga kepada pasien yang datang untuk berobat. Dia sukarela menolong.
 
"Kadang dibayar kadang nggak dibayar tergantung orangnya, kalau pengobatan saya nggak mau matok, itu namanya karena nolong ya, ngobatin nggak perlu matok, mau ngasih boleh nggak ngasih boleh. Kadang kalau orang nggak punya, nggak mau nerima, saya hidup sudah cukup dari gaji. Karena nolong itu jiwanya lain ya. Nggak selamanya saya cari duit," kata Ki Awan.
 
Di tengah wawancara dengan Ki Awan, diselingi tawa. Suasananya cair.
 
Ki Awan juga menceritakan keluarganya. Kakeknya seorang tabib. Sang kakek dulu bekerja sebagai apoteker herbal.
 
"Kakek nggak ada main sisi ghaib, kalau dari saya kan tenaga dalam, kebatiannya, kalau ngeramu-ramu nggak dipakai. Tabib mungkin seperti apoteker, kalau saya penyembuhan, kalau awalnya saya pengen memperdalam potensi saya, terus kebetulan bisa jadi penyembuh orang, jadi ada manfaat lain dari ini," ujar Ki Awan.
 
Sebagian anggota keluarga sebenarnya menentang aktivitas keghaiban yang ditekuni Ki Awan.
 
"Kalau istri pasti dukung dari awal, kalau yang nentang keluarga saya yang dari awal menentang banget tuh. Sampai sekarang mungkin dalam hati nggak setuju tapi karena kita sudah menentukan pilihan kita, secara umum mereka cukup membantu dan mendukung," kata Ki Awan.
 
"Papa ngerti dan sering minta tolong saya soal hal-hal gaib, kalau saudara yang lain tau secara umum saja, nggak terlalu konsultasi detail," kata dia.
 
Ki Awan menyadari aktivitasnya akan ada yang menentang. Itu sebabnya, sejak masihi SMP, dia belajar kemampuan itu secara sembunyi-sembunyi.
 
"Awal-awal kan kita belajar sembunyi-sembunyi, awalnya cuma buat senam kesehatan dan pernafasan, tapi kalau kita sudah belajar ghaib jadi pinter nyiasatin, jadi kalau nggak dapat dukungan dari orang lain ya kita mesti sendiri," ujar Ki Awan.
 
"Tapi kalau membebankan jadi drop itu menurut saya malah mendukung, selama dulu kuliah performa saya jarang sakit, jadi kuat begadang buat belajar, justru jadi postif, kekuatan itu kita gunain untuk positif," dia menambahkan.
 
Menjadi seorang paranormal ada suka dan dukanya. Tapi dia tetap menjalani dengan senang. Ki Awan mengatakan aktivitas ini terkadang sangat melelehkan. Seorang paranormal akan banyak menghabisikan waktu untuk latihan.
 
"Kalau kita kan menggunakan tenaga dalam yang disebut Chi, ibarat kita ngeshare tenaga ke orang lain, kalau sering-sering bisa bahaya, bisa umur kita pendek," ujar Ki Awan.
 
Lebih jauh, dia mengaku sebenarnya pernah ada konflik bathin.
 
"Kalau orang belajar seperti itu (paranormal) pasti ada konflik batin, pada saat SMP itu udah mau gila rasanya, jadi setiap orang harus memecahkan pergolakan bathin ini dulu, cuma kalau saya sendiri keghaiban salah satu aspek yang digunain untuk menunjang spiritual kita. Kita lebih percaya dan mendekatkan diri keTuhan, toh keilmuan juga berkah dari Tuhan," ujar Ki Awan.
 
Tetapi, Ki Awan berpikir kemampuannya bermanfaat untuk kegiatan positif, membantu orang sembuh dari sakit.
 
Di tengah wawancara, Ki Awan meminta Suara.com tidak memotret wajahnya serta rumahnya. Dia khawatir akan berdampak pada pekerjaannya di kantor.
 
"Saya nggak mau dishoot muka, karena posisi saya masih aktif di salah satu company, agak nggak relevan nanti. Jadi ini sisi pribadi saya, saya nggak mau nyebut nama perusahaannya. Itu kehidupan saya yang terpisah, dan saya nggak mau. Saya juga masih berkarier disana," kata Ki Awan.
 
"Dan saya ngerasa belum siap kemampuan saya itu belum segitunya, kalau pengobatan ya mungkin kan efeknya panjang nggak real langsung. Saya pengin secara logis yang munculin nggak ghaib-ghaib," kata dia.(Julistania)