Melawan Trauma, Kisah Saksi Penusukan Brimob di Falatehan

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Peristiwa penyerangan dua anggota Brimob bernama AKP Dede Suhatmi dan Briptu M. Syaiful Bakhtiar menyisakan cerita. Dua anggota itu diduga ditusuk oleh Mulyadi saat salat isya pada saf ketiga di Masjid Falatehan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Petugas Dinas Sosial Jakarta Selatan, Hafizalam (24) merupakan salah satu saksi mata yang melihat kejadian tersebut. Ia berada di kawasan sekitar masjid dari salat Jum'at, salat magrib dan salat Isya.

Ketika azan berkumandang, Hafiz mengambil wudu dan bersiap solat. Setelah salam yang menandakan salat selesai, ia tak menyangka ada kejadian penusukan terhadap dua anggota Brimob.

"Kejadian itu setelah salam. Posisi saya diapit dua polisi di saf kedua. Abis salam terdengar orang berantem di kanan belakang saya di saf ketiga," kata Hafiz.

Hafiz melanjutkan, "Ada dua anggota Brimob jatuh, guling-gulingan. Dia (pelaku) ngeluarin pisau seperti menyayat, di situ dia bilang kalian semua ini kafir."

Hafiz bersama dua orang temannya merasa takut melihat kejadian itu. Ia memutuskan mengamankan diri dengan berlari ke arah terminal Blom M.

Barang pribadi seperti sepatu, topi dan rompi terpaksa ia tinggalkan di loker. Namun tak disangka, pelaku juga lari ke arah yang sama berada di belakangnya.

Setelah berlari, ia memutuskan kembali ke  masjid untuk mengambil barang. Hal itu urung ia lalukan atas perintah polisi yang bertugas mengamankan lokasi.

"Kata polisi jangan kemari dulu, 'mundur mas mundur'. Terus ada tembakan banyak, sekitar tujuh sampai 10 tembakan. Saya lari lagi sama temen saya dan inisiatif lapor polisi di pos, saya kebutulan jaga di Blok M," kata Hafiz.

Hafiz mengaku tidak memerhatikan gelagat Mulyadi sebelum salat Isya. Sebelum salat ia bermain gadget dan tidak berpikir ada kejadian tersebut di rumah ibadah.

Ia baru sempat mengambil barang yang tertinggal sekitar pukul 20:00 WIB lantaran ada kegaiatan yang tidak jauh dari Masjid Falatehan. Ia sendiri sering melalukan ibadah di masjid itu sebulan belakangan.

"Pasca kejadian saya sempat trauma, cuma kalau sekarang udah ngga. Dia kan dasar dan tujuan untuk ciptakan teror, kalau kita sampai merasa ada gangguang berarti kita korban juga," kata Hafiz.

Berita Terkait