Kondisi Ani Yudhoyono Sempat Membaik Sebelum Meninggal, Kenapa Bisa Terjadi?

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Meninggalnya Ani Yudhoyono, istri Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono karena menderita kanker darah masih menjadi topik hangat.

Ani Yudhoyono meninggal dunia dalam kondisi sudah tidak sadar di ruang ICU National University Hospital Singapura, kemarin, Sabtu (1/6).

Kabar meninggalnya Ani Yudhoyono ini pun sempat mengejutkan masyarakat Indonesia ketika pertama kali diumumkan. Pasalnya, Ani Yudhoyono sempat terlihat sehat dan berjalan-jalan keluar rumah sakit sebelum meninggal dunia.

Ani Yudhoyono pun sempat mengunggah fotonya berjalan-jalan di taman bersama SBY, anak, menantu dan cucu-cucunya di Instagram. Dalam unggahan itu istri SBY mengucapkan rasa syukurnya bisa melihat hijaunya daun dan cerahnya langit.

Tetapi, tak lama setelah itu kondisi Ani Yudhoyono ternyata mengalami penurunan. Ani Yudhoyono pun kembali masuk ruang ICU dengan kondisinya yang begitu cepat menurun, kehilangan kesadaran sampai akhirnya meninggal dunia.

Proses meninggalnya Ani Yudhoyono seperti itulah yang pastinya membuat keluarga dan masyarakat Indonesia terkejut mendengar kabar duka ini.

Presiden Joko Widodo bersama Presiden ke-3 RI BJ Habibie , Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Ibu Mufidah Jusuf Kalla, saat melayat almarhumah Ani Yudhoyono di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (1/6). [ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay]

 

Sebenarnya banyak sekali kasus seperti Ani Yudhoyono yang sedang menderita penyakit serius lalu dinyatakan membaik dan tak lama kondisinya menurun hingga meninggal dunia.

Bahkan ada pula pasien dalam kondisi koma seketika sadar sebelum akhirnya meninggal dunia setelah beberapa jam atau hari.

Kondisi orang sakit parah sempat membaik sebelum meninggal dunia ini disebutTerminal Lucidity.

Terminal lucidity ini mengacu pada kembalinya kondisi fisik, mental dan memori otak dalam waktu singkat sebelum meninggal dunia karena menderita penyakit serius.

Melansir darimelmagazine.com, istilah terminal lucidity ini dicetuskan oleh Michael Nahm, seorang ahli biologi dari Jerman yang melakukan penelitian tentang kasus ini di Institute for Frontier Areas of Psikologi dan Kesehatan Mental di Jerman.

Setelah bertahun-tahun melakukan penelitian, ia lantas mengetahui kondisi vitalitas dan kehidupan seseorang yang mendadak baik saat sakit parah sebelum meninggal dunia.

Secara garis besar tidak ada penjelasan medis yang mengetahui dari mana lonjakan vitalitas dan fungsional tubuh pasien yang sedang sakit parah mendadak baik sebelum meninggal.

Sebagian besar terjadi dalam hitungan jam, ada pula yang bisa bertahan untuk beberapa hari sebelum akhirnya mengalami penurunan drastis dan meninggal dunia.

Biasanya kondisi ini lebih sering dialami oleh pasien yang menderita alzheimer, meningitis, kerusakan otak, stroke atau koma.

Sementara itu, seorang penliti dilansir daripsi-escyclopedia.spr.ac.ukmenyebutkan fenomena terminal lucidity ini menjadi dua varietas.

Pertama, tingkat ganguan mental yang menurun secara perlahan bersamaan dengan penurunan vitalitas tubuh. Varietas terminal lucidity yang pertama ini biasanya terjadi pada kasus skizofernia dan gangguan afektif lainnya yang sejenis.

Biasanya orang dalam kondisi tersebut kondisinya akan membaik secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari maupun bertahun-tahun sebelum meninggal dunia.

Kedua, pada kasus penyakit serius seperti alzheimer, tumor otak maupun gangguan neurologis lainnya masuk dalam varietas terminal lucidity kedua. Dalam kondisi ini pasien biasanya akan mengalami kesadaran dan kesehatan baik dalam waktu beberapa detik, menit atau jam sebelum meninggal dunia.

Kasus terminal lucidity yang seharusnya paling dicemaskan adalah pasien dalam kondisi sakit parah ini karena bisa jadi ada neuro otak yang sudah rusak parah atau hancur.

 

Berita Terkait: