Laporan dari Makkah: Apa Perbedaan Haji Reguler dan Haji Plus?

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id- Ibadah haji, pada dasarnya sebenarnya ditentukan oleh pribadi masing-masing dari yang beribadah.

Hanya saja, terkadang fasilitas dan keistimewaannya berbeda-beda. Biasanya terbagi dalam dua kategori, haji reguler dan haji plus.

Sebenarnya apa sih beda diantar keduanya, selain soal biaya?

Ustadz DRS H. Anshori Ya'kub MA, yang jadi pembimbing rombongan jamaah haji saya, coba memberikan penjelasan perbedaan antara haji reguler dan haji plus.

"Perbedaannya sebenarnya lebih kepada fasilitas frekuensi beribadahnya. Untuk yang haji plus, jauh lebih banyak, frekuensinya bahkan bisa 24 jam," ujar Ustadz yang sudah menginjak usia 56 tahun ini.

Akomodasi haji plus tentu saja luar biasa, tambah beliau. Seperti hotel bintang 5 dan yang paling istimewa adalah lokasinya yang dekat dengan Masjidil Haram, sebagai pusat dari ibadah haji.

"Enaknya haji plus, bisa beribadah kapan saja, 24 jam full juga ayo, karena lokasinya dekat. Mau ke Masjidil Haram kapan saja, oke. Tinggal kemauan pribadi masing-masing, mau beribadah atau mau tawaf di mall," kelakar Ustadz UAY.

Dirinya mengaku, sering dan sudah cukup lama membimbing jamaah reguler. Memang soal lokasi tempat tinggal haji reguler jauh dari pusat peribadatan.

"Faktor lokasi rata-rata jauh. Tapi itu pun tetap saya sempatkan ajak sholat tahajud di depan Ka'bah. Tapi kalau haji plus, saya bisa ngajak jamaah tiap malam sholat di depan Ka'bah, shalat Dhuha juga, setiap pagi pun bisa," cerita bapak 4 anak ini.

Sementara karena faktor jarak, sehingga membatasi waktu dan energi, untuk jamaah reguler, tidak akan bisa mendapatkan kesempatan setiap saat intens beribadah di pusat peribadatan.

"Kalau reguler gak sanggup saya, jaraknya jauh. Selain tenaga dan waktu, kendaraan juga dulu terbatas. Sekarang pun, dengan transportasi lebih banyak, tetap berdesakan," kata Ustadz yang hobi bermain sepakbola sebagai bek sayap kanan.

Keistimewaan yang didapat haji plus dianggap wajar, karena biaya yang harus dikeluarkan pun berkali-kali lipat haji reguler.

"Tapi ini bukan berarti yang plus hajinya lebih mabrur. Tidak. Semua kembali pada pribadi masing-masing. Ibadah haji bukan ditentukan oleh reguler atau plus," tegas beliau.

Hanya saja, kalau memang mau lebih banyak frekuensinya ke Masjidil Haram, maka memang baiknya pilih yang haji plus. Mau jam berapa saja, tidak ada masalah.

Beliau pun tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap jamaah, ketika dia menjadi pembimbing haji reguler maupun haji plus.

Itu juga yang membuat Ustadz UAY tidak pernah merasa jenuh dengan pekerjaan yang sudah ditekuni sejak tahun 1997 ini.

"Mungkin kalau jadi pembimbing hanya sekedar dateng, jamaah sudah cukup dan ada semua, mungkin ada kejenuhan," ujar Ustadz lulusan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. 

"Tapi alhamdulilah, saya sudah saya niatkan. Saya ingin mendampingi agar ibadahnya sesuai dengan kemampuan dan ilmu yang saya miliki. Alhamdulilah saya gak pernah jenuh, enjoy dan mensyukuri," tambah Ustadz yang menruskan kuliah S2 di Universitas Islam Al-Aqidah Jakarta ini.

"Jamaah pun merasa enjoy juga, karena saya berangkat kepengin dan berusaha menjadi pendamping tamu Allah, membantu jamaah menyelesaikan tahapan ibadah. Mulai dari manasik, sampai pulang haji," jelasnya panjang lebar.

Dan ketika ditanya, mau sampai kapan Ustadz UAY menjadi pendamping jamaah haji, dirinya mengatakan semuanya diserahkan pada Allah.

"Saya dari tahun 1997, sampai kapan? Ya tergantung bagaimana Allah memberikan kesempatan, kekuatan, kesehatan, saya niat, saya kepingin menjadi pendamping haji. Yang penting saya pengin hidup memberikan manfaat ke orang banyak," tutup Ustadz penyuka musik padang pasir ini.