Laporan dari Makkah: Bagaimana Dukungan Pemerintah Saudi dan Indonesia Terhadap Jamaah Haji?
Uzone.id- Event tahunan super besar dan berskala internasional seperti ibadah haji, tentu saja bukan pekerjaan yang mudah untuk diselenggarakan.
Disini, peran pemerintah setempat, dalam hal ini Arab Saudi dan pemerintah lokal tempat para jamaah berasal, sangat punya peranan penting.
Nah, kebetulan saya mendapat kesempatan berdiskusi panjang lebar bersamaUstadz DRS H. Anshori Ya'kub MA, yang sejak tahun 1997 selalu jadi pembimbing jamaah haji dari Indonesia.
Sehingga, perkembangan setiap tahunnya, tentu beliau paham betul perbedaannya. Termasuk dalam hal dukungan pemerintah setempat dan pemerintah lokal, yakni Indonesia.
"Untuk tahun 2018 ini, saya melihat hampir sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah Saudi punya perhatian yang sangat serius luar biasa. Setiap saat meningkatkan kualitas pelayanan," ujar Ustadz yang gemar bermain sepakbola sebagai pemain bertahan sayap kanan.
Dirinya mencontohkan, yang paling konkret terasa perkembangannya adalah pembangunan Masjidil Haram, yang memang menjadi pusat dari jamaah haji dari seluruh dunia.
"Pembangunan dan perluasannya, area tawaf-nya, kini sudah nyaman luar biasa. Padahal, tahun lalu masih banyak sekat-sekat karena masih tahap pembangunan," jelas penyuka jubah dan peci warna putih ini.
Ustadz UAY pun memuji tindakan tegas dan saklek dari pemerintah Saudi, khususnya tim yang mengurusi ibadah haji tiap tahunnya.
"Pemerintah Saudi ingin memberikan pelayanan agar ibadahnya sempurna, kalau ada kekurangan disana-sini itu wajar," jelas Ustadz lagi.
Bayangkan, setiap tahunnya ada sekitar 4 juta jamaah dari berbagai penjuru dunia berkumpul di satu tempat yang sama pada waktu yang bersamaan.
"Setiap tahun gak kurang dari 4 juta orang, bagaimana kita melayani 4 juta orang? ini luar biasa, mereka terkesan kayak keras, kayak saklek, kalau enggak begitu bisa berantakan semuanya," cerita Ustadz yang menggemari nasi Mandi plus kepala Kambing.
Beliau bercerita, pernah ada satu waktu, semua orang yang tidak memakai pakaian ihram dilarang masuk ke kawasan Ka'bah.
"Atau kemarin, ada yang sedang ngepel, orang-orang disekitarnya seperti digusur, ditarik keluar area pengepelan. Coba kalau ngomongnya baik-baik, kapan selesainya itu ngepel. Kita gak perlu sakit hati, kalau gak dengan cara-cara seperti itu, gak akan tertib, segala sesuatunya harus kita maklumi," beber Ustadz UAY.
Dia membandingkan, event seperti Asian Games saja perlu persiapan yang sangat matang, dan ketegasan untuk mengatur semua hal, agar berjalan lancar, apalagi event ibadah haji.
"Asian Games aja, padahal itu lokasinya terpencar-pencar kan, ada di Jakarta, di Palembang. Kalau ibadah haji, terpusat di satu titik, Ka'bah cuma satu. 4 juta orang menuju titik yang sama, ini effortnya luar biasa," kata Ustadz lulusan S1 di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dan semua orang dari berbagai penjuru dunia itu perlu tempat, perlu makan, dan layanan lainnya. "Air saja kebutuhan tiap harinya bisa lebih dari miliaran liter, luar biasa," tambahnya.
Begitu juga dengan dukungan dari pemerintah Indonesia. Beliau mensyukuri semua yang sudah dilakukan pemerintah Indonesia untuk para jamaah haji.
"Kita mensyukuri niatan pemerintah ingin memberikan pelayanan yang nyaman untuk haji reguler. Kalau biasa ngantre di imigrasi di bandara Abdul Aziz, sekarang dipindahkan ke Soekarno Hatta, jadi lebih nyaman, itu salah satu contoh kongkret lah," ujar Ustadz yang mengaku menyukai musik padang pasir.
Yang penting menurut Ustadz UAY, setiap musim haji ada evaluasinya dan solusi yang kongkret kedepan. Kalau ada permasalahan, segera dibenahi.
"Kita jangan gampang menilai dan menyalahkan. Karena ini dari segi pelaksanaan, semua yang terlibat ini effortnya luar biasa," tutup Ustadz UAY.