Lautan di Bumi Memanas dengan Sangat Cepat, Bahaya Besar untuk Manusia
Lautan di dunia ini memanas dengan kecepatan yang makin cepat dari yang pernah diperkirakan karena pemanasan global. Tahun 2018, diperkirakan menjadi tahun terpanas dalam catatan suhu lautan.
Pemanasan lautan memiliki dampak yang menghancurkan di seluruh dunia, seperti temuan terbaru yang telah dipublikasi di jurnal Science, yang dipimpin oleh Chinese Academy of Sciences.
Pemanasan laut mengarah pada peningkatan intensitas curah hujan, naiknya permukaan laut, penghancuran terumbu karang, penurunan tingkat oksigen di laut, dan penurunan lapisan es atau gletser serta es di kutub utara.
Tim peneliti menganalisis sejumlah studi baru yang menyimpulkan pemanasan suhu lautan "lebih kuat" dari yang diperkirakan oleh penelitian sebelumnya. Penilaian suhu laut yang sebelumnya disebut bergantung pada metode yang kurang akurat.
Riset terbaru ini mengandalkan empat studi, yang diterbitkan antara 2014 sampai 2017, untuk memberikan perkiraan yang lebih tepat dari tren masa lalu dalam hal panas lautan. Hal ini memungkinkan para ilmuwan memperbarui penelitian masa lalu dan mengasah prediksi untuk masa depan.
Faktor kunci untuk menghasilkan angka yang lebih akurat dalam armada pemantauan laut ini, memakai sistem yang disebut Argo. Ini mencakup hampir 4.000 robot terapung di seluruh lautan dunia. Setiap beberapa hari robot ini menyelam sedalam 2.000 meter di bawah permukaan laut untuk mengukur suhu.
Argo telah menyediakan data yang konsisten dan luas tentang kandungan panas lautan sejak pertengahan tahun 2000-an.
Pemanasan ini terjadi pada kecepatan 40 persen lebih cepat daripada perkiraan PBB lima tahun lalu. Terlebih lagi, tim menemukan pemanasan ini semakin cepat.
Jika tidak ada upaya untuk mengurangi gas rumah kaca, model penghitungan terbaru ini memprediksi bahwa suhu pada kedalaman 2000 meter teratas dari permukaan lautan dunia akan naik 0,78 derajat Celcius pada akhir abad ini.
"Jika Anda ingin melihat di mana pemanasan global terjadi, lihatlah di lautan kita," kata Zeke Hausfather, seorang mahasiswa pascasarjana di Energy and Resources Group di University of California, Berkeley, sebagai salah seorang penulis makalah ini. "Pemanasan lautan adalah indikator perubahan iklim yang sangat penting, dan kami memiliki bukti kuat bahwa pemanasan lebih cepat dari yang kami kira."
Suhu lautan dapat jadi penanda yang sangat baik untuk perubahan iklim secara keseluruhan karena 93 persen energi berlebih dari Matahari yang terperangkap oleh gas rumah kaca ditemukan di lautan. Ini berarti "lautan menyelamatkan kita dari pemanasan besar sekarang," kata Malin L. Pinksy dari Rutgers University mengatakan kepadaNew York Times.
Dan, ketika lautan semakin panas, manusia sebagai penghuni daratan akan menderita konsekuensinya. Bisa berupa pencairan es dan ekspansi termal akan menyebabkan permukaan laut naik sekitar 30 centimeter pada tahun 2100, dan ini akan membanjiri wilayah pesisir.
Peneliti juga memprediksi badai akstrem yang makin buruk yang menyebabkan kerusakan dan korban jiwa. Terlebih lagi, ikan yang diandalkan banyak orang untuk makanan dan pendapatan hidup, bakal menurun jumlahnya, atau pindah ke daerah baru dan bisa memicu konflik antar negara.
Jadi, apa yang bisa kita lakukan untuk lautan dan Bumi ini?
Untuk meminimalkan pemanasan kita harus berpegang menjaga ambang batas suhu Bumi di bawah 2 derajat Celcius dan berupaya menekan hingga 1,5 derajat Celcius, sebagaimana ditetapkan dalam Kesepakatan Paris tahun 2015.