Lindungi Orang Tersayang dari Penyakit Ini

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Pada tahun 2000, ada sekitar 4,5 juta orang dengan penyakit Alzheimer di Amerika. Diperkirakan, limapuluh tahun mendatang, angkat tersebut akan meningkat tiga kali lipat menjadi 13,2 juta orang.

Tidak ditemukan data yang cukup akurat untuk menilai seberapa relevan penyakit ini di Indonesia. Namun, dengan jumlah penduduk muda yang begitu besar pada saat ini, tingkat risiko penyakit ini perlu diperhitungkan untuk mengantisipasi angka ketergantungan yang berbahaya sekitar limapuluh tahun mendatang.

Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang berlangsung secara progresif. Penyakit ini menyerang otak sehingga mengakibatkan gangguan berpikir dan mengingat yang serius. Ini merupakan bentuk paling umum dari demensia (sindrom yang terdiri dari sejumlah gejala yang termasuk kehilangan memori, penilaian, penalaran, perubahan suasana hati, perilaku dan kemampuan komunikasi).

“Penyakit Alzheimer dapat menyebabkan gangguan kognitif, terutama lupa. Ini adalah penyakit yang umum menyerang orang yang berusia di atas 60 tahun,” kata Prof. Dr. dr. Mohammad Hasan Machfoed, Sp.S (K), M.S, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) Jakarta.

Alzheimer terjadi ketika ada penumpukan (plaque) zat beta-amyloid dan protein tau. “Bila kedua zat ini menumpuk di otak, maka fungsi otak akan terganggu. Otak akan mengecil (atrofi), dan mengalami degenerasi. Hal itu terutama terjadi bila keduanya menumpuk pada bagian otak yang berkaitan dengan fungsi kognisi,” ujar Prof Hasan.

Meskipun, kecil risiko Anda mengalami hal ini di usia 20-40an, prosesnya kemungkinan berlangsung sejak Anda berusia muda. Artinya, Anda mungkin bisa memperpanjang usia kemampuan otak dengan mengambil langkah-langkah pencegahan sejak dini.

Faktor-faktor risiko

Ada beberapa faktor penyebab seseorang bisa terserang penyakit yang pertama kali ditemukan oleh Dr Alois Alzheimer pada 1907 ini. Salah satunya adalah faktor keturunan (genetik). “Kalau ayah atau ibu Anda menderita alzheimer, risiko Anda juga semakin tinggi mengalami hal yang sama di usia lanjut nanti,” kata Prof. Hasan.

Namun demikian, meskipun di keluarga Anda tidak ada sejarah alzheimer, risiko Anda kemungkinan juga cukup tinggi bila Anda memiliki riwayat kesehatan yang buruk, misalnya riwayat kolesterol tinggi, pernah mengidap hipertensi, diabetes dan resistensi insulin. Artinya, gaya hidup Anda lagi-lagi ikut menentukan.

Stadium lupa

Sesuai tingkat gangguan kognitif dan fungsi otak, alzheimer dibagi dalam empat stadium, yaitu:

1. Stadium pre-dementia.

Gejala awalnya terkait dengan aktivitas harian, penurunan daya ingat yang ditunjukkan dengan kesulitan mengingat hal-hal baru serta turunnya kemampuan untuk mencerna informasi baru. “Penderita mengalami sedikit masalah dengan fungsi atensi, perencanaan, fleksibilitas, dan berpikir abstrak. Lalu, penderita bersifat apatis, depresi, sensitif, dan kesulitan mengingat,” tutur Prof Hasan.

2.Stadium ringan.

Pada stadium ini penderita mengalami gangguan berat untuk belar dan mengingat menjadi pekerjaan yang sangat sulit. “Kemudian, penderita mengalami gangguan dalam berbahasa, gangguan fungsi eksekutif, tidak mampu mengenal obyek. Selain itu penderita juga sulit mengingat hal-hal baru. Sulit menggunakan bahasa, perbendaharaan kata sedikit dan tidak lancar, serta sulit membaca tulisan,” sambung Prof. Hasan.

3. Stadium sedang.

Pada tahap ini ketidakmampuan penderita berlanjut, hingga akhirnya harus dibantu orang lain dalam melaksanakan aktivitas kesehariannya. “Kesulitan berbicara menjadi berat sehingga tidak mampu berkata-kata. Lalu kehilangan kemampuan dalam membaca serta menulis dan sering jatuh karena tidak mampu mengontrol gerakan,” lanjut Prof. Hasan.

4. Stadium berat.

Pada tahap akhir ini, penderita mutlak tergantung kepada orang lain. “Tidak mampu berbahasa dan berbicara. Sekali pun kehilangan kemampuan berbicara orang tersebut masih mengerti perkataan orang dan memberi tanda emosional. Penderita juga sangat apatis dan terlihat kelelahan. Kemudian tidak mampu melakukan sesuatu yang sederhana tanpa bantuan. Semua ototnya lemas sehingga tidak mampu makan. Biasanya meninggal karena infeksi dan gangguan organ lainnya,” kata Prof Hasan menambahkan.