Lini Bell, Pendeteksi Gempa Bumi Karya Agus Obrek Warga Cipeundeuy

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

ALAT pendeteksi gempa yang dipamerkan dalam acara Gelar Teknologi Tepat Guna, pada 7-9 Agustus 2018, menjadi salah satu inovasi warga yang menarik perhatian Penjabat Gubernur Jawa Barat Mochamad Iriawan. Meskipun tak menyabet juara dalam lomba TTG, alat itu dianggap sangat bermanfaat. 

Produk inovatif pendeteksi gempa tersebut mampu mendeteksi dan mengeluarkan bunyi ketika terjadi guncangan. Alat yang diberi nama Shake Detector Lini Bell itu merupakan buah karya Agus Obrek (43), warga Kampung Hegarmanah, RT 2 RW 1, Desa Nyenang,Kecamatan Cipeundeuy,Kabupaten Bandung Barat. 

"Alat ini mampu mendeteksi adanya getaran dengan sensitivitas terendah dua skala richter," kata Agus, di sela acara Gelar Teknologi Tepat Guna di Lapangan Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, Rabu 8 Agustus 2018.

Dia menjelaskan, produk hasil kreasinya itu dapat mendeteksi kejadian bencana alam yang menimbulkan getaran, sepertigempa bumi, tsunami, dan lain-lain.Alat itu juga bisa menjaga rumah terhindar dari ancaman pencuri, karena bisa mengeluarkan bunyi sirine saat timbul getaran atau adanya sentuhan. 

Proses tiga tahun hingga pendeteksi gempa rampung

Menurut Agus, eksperimen untuk membuat alat tersebut dimulai pada 2009, setelah gempa berkekuatan cukup besar terjadi di Tasikmalaya. Melalui serangkaian pengembangan dan penyempurnaan, alat pendeteksi gempa itu akhirnya rampung pada 2012. 

"Awalnya saya  membuat alat pendeteksi gempa dengan menggunakan bahan dasar kayu, kemudian dimodifikasi lagi dengan menggunakan bahan dasar plastik. Plastik yang dipakai berukuran sekitar 10x15 centimeter," katanya. 

Pada alat tersebut, lanjut dia, digunakan pula dua batu baterai berukuran 9 volt. Ketika ada guncangan,alat itu pun dapat langsung berbunyi dengan power out suara 5 watt. Ukurannya yang kecil memungkinkan alat itu bisa ditempelkan atau digantung di dinding. Cukup dipasang satu alat, sensitivitasnya mampu mencakup seluruh ruangan rumah.

"Saya belum memproduksi alat ini secara masal, karena masih sulit untuk pemasarannya. Namun, kalau ada yang berminat, saya menjualnya dengan harga Rp 175.000 per unit. Saat ini baru BMKG Tasikmalaya dan Sukabumi yang sudah menyatakan ketertarikan," katanya. 

Tak heran, ketika Pj. Gubernur Jabar Mochamad Iriawan meninjau alat pendeteksi gempa dan menyatakan ketertarikannya, Agus mengaku sangat senang. Apalagi, Iriawan langsung memerintahkan ajudannya untuk membeli semua alat pendeteksi gempa yang dipamerkan.***