Listrik Padam Berjam-jam, Indonesia Belum Siap Hadapi Revolusi Industri 4.0?
Peristiwa padamnya aliran listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada Minggu (4/8) sejak jam 11.45 siang dimana mengakibatkan aktivitas masyarakat di Jakarta dan sebagian Jawa terganggu berjam-jam menunjukkan Indonesia belum siap menyongsong era Revolusi Industri 4.0.
"Jangankan bermimpi soal 5.0 apalagi 6.0. Baru mau ke Industri 4.0 saja, hari ini Listrik sudah seperti mendapat Nilai "4" (dalam Skala 1-10) atau bisa diartikan kali ini Pecah Rekor : 4 Propinsi Utama Gangguan Listrik semua. Namun ironisnya PLN malah sibuk mau menghitung Kerugiannya sendiri? Memang kita sedang mimpi," cuit Anggota Komisi I DPR RI Roy Suryo melalui akun @KRMTRoySuryo2 pada Minggu (4/8) malam.
Sementara Ketua Dewan Pembina Indonesian Digital Empowerment Community (IDIEC) M. James Falahuddin menyarankan pemerintah untuk fokus dulu terhadap kedaulatan energi dan pangan sebelum menjual jargon Revolusi Industri 4.0 untuk memacu perekonomian.
"Insiden Blackout pada Minggu (4/8) itu membuka mata bahwa Indonesia ini memang lemah di kritikal infrastruktur. Di Manhattan Amerika Serikat ada peristiwa serupa belum lama ini, tetapi layanan publik tak terganggu karena pemerintahnya sadar kritikal infrastuktur itu tak boleh padam," tegasnya.
Menurutnya, hal lain yang harus menjadi pelajaran dari "Blackout 4/8" adalah pentingnya Disaster Recovery Plan (DRP) alias rencana bisnis yang menjelaskan bagaimana pekerjaan dapat dilanjutkan dengan cepat dan efektif setelah bencana.
"Perencanaan pemulihan bencana hanyalah bagian dari kesinambungan bisnis dan diterapkan pada aspek organisasi yang banyak bergantung pada infrastruktur Teknologi Informasi untuk berfungsi. Selain itu tentu masalah leadership. Dalam situasi Blackout, terkesan PLN dibiarkan sendiri, regulatornya kemana? Harusnya langsung bikin task force dan tunjukkan pemerintah itu ada di tengah kegelapan," pungkasnya.
Sebelumnya, PLN menyatakan pemadaman yang dialami pelanggan listrik di Jawa Barat, Jakarta dan Banten berawal dari gangguan beberapa kali pada Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi (SUTET) 500 kV Ungaran- Pemalang.
Gangguan ini mengakibatkan aliran listrik di Jabodetabek mengalami pemadaman.
Di Jawa Barat Jabar terjadinya gangguan pada Transmisi SUTET 500 kV mengakibatkan padamnya sejumlah Area sbb : Bandung, Bekasi, Cianjur, Cimahi, Cirebon, Garut, Karawang, Purwakarta, Majalaya, Sumedang, Tasikmalaya, Depok, Gunung Putri, Sukabumi dan Bogor.
Akibat dari peristiwa itu, perusahaan setrum milik negara itu mengaku mengalami kerugian Rp90 miliar. Namun, kerugian paling besar tentu dialami pelanggannya secara materi dan immateri.(id)