London Book Fair 2019: 23 Judul Buku Asal Indonesia Terjual

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Penerbit asal Indonesia menjalin kesepakatan untuk menjual hak cipta untuk 23 judul buku selama ajang pameran buku internasional London Book Fair 2019di London, 12-12-14 Maret 2019.

Perinciannya, pada hari pertama (12 Maret), terjual 12 judul buku yang diterbitkan oleh Asta Ilmu Publishing. Buku ini akan disebarkan untuk wilayah Singapura, Malaysia, Thailand, India dan Afrika Selatan dengan total nilai transaksi sekitar Rp 3 miliar.

Pada hari kedua (13 Maret), delapan judul buku yang diterbitkan Mizan ke penerbit Inggris, serta satu judul buku terbitan Kepustakaan Populer Gramedia untuk Portugal. Sedangkan, pada hari ketiga atau terakhir (14 Maret), sebanyak dua judul buku terbitan Rumah Pensil lewat Sepasar Literary Agency dibeli oleh penerbit Malaysia.

(Baca:Hari Pertama London Book Fair, Indonesia Raup Transaksi Rp 3 Miliar)

Selain hak cipta 23 judul buku terjual, 408 judul diminati secara serius oleh penerbit dari 12 negara. Mereka memintafilePDF mengenai daftar judul buku yang diminati kepada para penerbit asal Indonesia.

Selain transaksi untuk pembelian hak cipta buku, terdapat kesepakatan dengan lima distributor internasional dari Inggris, Eropa dan Amerika Serikat untuk menyebarkan buku-buku Indonesia yang sudah berbahasa Inggris ke Amerika, Inggris, Uni Eropa, Australia dan India. Mizan juga beker jasama dengan Kube, penerbit kesusastraan muslim terbesar Eropa yang berpusat di Leicester, Inggris. Selain itu, film “Battle of Surabaya” disetujui dan mulai didistribusikan secara global oleh Amazon, Inggris.

Anna Rimba Phoa, Penerbit Asta Ilmu Publishing menjelaskan 12 judul buku yang dibeli oleh penerbit asal Singapura tersebut adalah buku pelajaran Bahasa Mandarin bagi anak sekolah dasar. Buku ini mengajarkan tentang belajar bahasa Mandarin dengan teknik moderen yang menempatkan bahasa Mandarin sebagai bahasa asing. “Metode pengajaran ini terbukti efektif karena bahasa ini tergolong sulit untuk dipelajari,” kata Anna.

(Baca:Wajah Keragaman Identitas Indonesia di London Book Fair 2019)

Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Ricky Pesik mengungkapkan yang menarik dari hasil London Book Fair 2019 sekarang adalah kesepakatan transaksi bukan hanya untuk membeli hak cipta buku. Perusahaan penerbit internasional juga mencari peluang mendistribusikan produk konten kreatif asal Indonesia ke medium lainnya, tak hanya dalam bentuk buku.

Ketua Komite Buku Nasional Indonesia, Laura Bangun Prinsloo mengaku senang dengan pencapaian Indonesia dalam London Book Fair 2019. Menurut dia, meski yang terjual di bawah target 50 judul buku, masih ada ratusan judul buku yang diminati secara serius oleh penerbit dari berbagai negara. Tentunya, kesepakatan akan berlanjut setelah pameran berakhir.

Yang membuatnya terkejut bercampur senang adalah respons dari publik Inggris dan pengunjung pameran bukan hanya terkait dengan minat serius terhadap buku Indonesia. Mereka juga antusias mengikuti beragam kegiatan yang diselenggarakan oleh panitia pameran Indonesia. “Saya berharap lebih banyak buku-buku Indonesia yang diterjemahkan ke bahasa asing sehingga lebih mudah dipromosikan ke luar,” katanya.