Lubang Ozon Bumi Mengecil Jadi Empat Kali Luas Indonesia

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Lubang ozon di atas Antartika menyusut. Luasnya saat ini merupakan luas terkecil dibanding luas pada tahun-tahun sebelumnya sejak 1988.

Dikutip dari Live Science, pada 11 September tahun ini NASA sempat mengukur lubang lubang ozon yang berada di atas Antartika itu. Kini luasnya adalah 19,6 juta kilometer persegi, sekitar hampir empat kali luas Indonesia. 

Angka ini jauh lebih kecil dibanding ukuran rata-rata lubang ozon itu pada rentang waktu antara 1991 hingga sekarang, yakni 25,8 juta kilometer persegi. 

Lubang ozon adalah penipisan gas ozon (O3) pada lapisan stratosfer bumi. Penipisan itu terjadi karena gas ozon terpecah dan terurai akibat zat-zat berbahaya yang lepas dari permukaan bumi hingga ke lapisan stratosfer. Zat-zat berbahaya itu di antaranya diproduksi oleh manusia.

Lubang ozon yang tepatnya terletak di atas Antartika, pertama kali dideteksi oleh para ilmuwan pada tahun 1985. Tahun itu merupakan tahun pertama mereka mengetahui bahwa penyebab terbentuknya lubang ozon adalah klorin dan bromin yang dibuat oleh manusia. 

Dalam kehidupan sehari-hari, kedua zat itu sering ditemukan di dalam chlorofluorocarbon (CFC), senyawa yang biasa digunakan sebagai zat pendingin. Contohnya adalah digunakan dalam penyemprot rambut, kulkas, hingga AC.

Pada 1987, Protokol Montreal ditandangani. Protokol itu merupakan traktat internasional yang dirancang untuk melindungi lapisan ozon dengan meniadakan produksi sejumlah zat yang diyakini bertanggung jawab atas berkurangnya lapisan ozon.

Dengan ditandatanginya protokol tersebut, diharapkan luas lubang ozon dapat mengecil. Tapi apakah mengecilnya lubang ozon ini dikarenakan adanya pengurangan penggunaan CFC oleh manusia di Bumi?

Rupanya, penyusutan lubang ozon ini disebabkan oleh kondisi alami di Bumi. Cuaca atmosfer di wilayah Antartika diketahui lebih hangat pada tahun-tahun terakhir ini sehingga menyebabkan lubang ozon di lapisan stratosfer itu menyusut.

Penjelasannya, CFC dari permukaan Bumi yang naik ke atas biasanya pecah pada lapisan atmosfer bagian atas sehingga membebaskan klorin atau bromin bereaksi dengan molekul ozon. Reaksi tersebut membentuk oksigen dan klorin monoksida sehingga merusak ozon.

Pada suhu yang dingin, awan stratosfer kutub terbentuk sehingga mempercepat proses reaksi senyawa-senyawa itu dengan ozon. Itulah sebabnya lubang ozon biasanya memburuk alias membesar pada musim dingin. 

Namun suhu yang lebih atau panas pada lapisan stratosfer memungkinkan ozon untuk tetap stabil di atmosfer. Artinya suhu yang lebih tinggi menjaga lubang ozon menjadi lebih kecil setiap tahunnya.

Peningkatan suhu pada lapisan stratosfer di atas Antartika merupakan efek samping dari pusaran Antartika yang tak stabil dan hangat, yang mencegah berkembangnya awan stratosfer kutub. 

Para peneliti NASA telah memantau konsentrasi ozon di atas Antartika secara teratur. Dengan spektrofotometer Dobson, mereka mengukur, konsentrasi ozon pada September tahun ini adalah sebesar 136 unit Dobson. Angka tersebut merupakan jumlah minimum sejak tahun 1988. 

Namun begitu, jumlah konsentrasi itu terbilang masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi ozon pada tahun 1960-an --sebelum senyawa buatan manusia menciptakan lubang ozon. Pada dekade itu, konsentrasi ozon di Antartika hanyalah antara 250 hingga 350 unit Dobson.

Dalam Protokol Montreal, jika warga dunia menerapkan protokol tersebut, para peneliti memperkirakan bahwa lubang ozon akan “pulih” pada tahun 2070.