Makan Banyak Saat Sahur Bikin Kuat Puasa, Mitos atau Fakta?
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)
Uzone.id- Bulan Ramadan yang penuh berkah sudah tiba. Bagi umat Muslim, puasa di bulan ini merupakan ibadah yang dinanti setiap tahun.
Selain sebagai ibadah, menahan lapar dan dahaga mulai dari fajar terbit hingga terbenamnya matahari juga mendatangkan manfaat kesehatan. Namun, banyak anggapan keliru yang berdampak terhadap kesehatan tubuh seperti pola dan asupan makanan yang kurang tepat saat sahur dan berbuka puasa.
Felicia kawilarang, Vice President Marketing Communications Halodoc mengungkapkan, "Sebagai layanan kesehatan berbasis online yang telah hadir selama tiga tahun belakangan, Halodoc mencatat keluhan kesehatan masyarakat saat berpuasa yang dikonsultasikan dengan para dokter melalui aplikasi yaitu, masalah pencernaan, konstipasi dan sakit kepala.”
Baca juga:5 Tips Badan Anti Lesu Saat Puasa
Ada kebiasaan-kebiasaan yang saat bulan Ramadan yang memang dapat memicu keluhan-keluhan di atas. Salah satunya, yaitu makan dengan porsi berlebih saat sahur dengan harapan dapat merasa kenyang seharian.
Selain itu, tidak memperhatikan komposisi dan nutrisi pada saat sahur dan berbuka yang justru menjadi kunci ketahan tubuh selama berpuasa. Melewatkan makan sahur juga dapat berimbas nafsu makan lebih besar saat berbuka puasa.
“Terkadang masyarakat percaya mitos bahwa makan banyak saat sahur dapat membuat kita kenyang sepanjang hari atau makan sedikit saat sahur dan berbuka akan membuat berat badan turun,” ujar Felicia.
Baca juga: Kalau ke Padang, Kunjungi 5 Wisata Alam Ini Deh
Nyatanya, saat sahur, tubuh membutuhkan nutrisi yang tepat dengan jumlah memadai agar kuat berpuasa 12-13 jam dan nyaman beraktivitas.
Karena itu, Dr. Jovita Amelia, MSc, SpGK menyampaikan, asupan nutrisi yang tidak seimbang dapat menimbulkan keluhan seperti nyeri lambung, sakit kepala, dehidrasi, konstipasi bahkan stres karena kurang makan, minum, dan istirahat.
“Terlebih, mengonsumsi makanan berlemak, manis, ataupun karbohidrat yang berlebihan, justru akan meningkatkan jumlah kalori dan berpotensi obesitas," ungkap Jovita.