Kereta Bandara Soekarno-Hatta akan resmi beroperasi pada 2018. Kehadiran moda transportasi ini diharapkan bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kemacetan lalu lintas menuju bandara. Pada hari-hari dan jam-jam sibuk, kemacetan ke arah bandara ini tergolong kronik.
Berdasarkan data Jasa Marga, rata-rata volume kendaraan Januari hingga Juni 2017 yang melewati ruas Cawang-Tomang-Cengkareng adalah 24,5 juta kendaraan per bulannya. Kereta ini diprediksi akan mampu mengurangi 20-30 persen volume kendaraan menuju bandara.
Kereta bandara ini dibangun dengan nilai investasi hingga Rp24,5 triliun, pendanaannya menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Pada setiap rangkaiannya, direncanakan terdiri dari enam gerbong yang masing-masing dapat mengangkut 272 penumpang.
Kereta bandara merupakan transportasi kelas premium, dan tidak ada subsidi tarif. Rencananya, penumpang akan dikenakan tarif sebesar Rp100.000. Tarif tersebut dirasa cukup mahal. Benarkah?
Terkait hal ini,Tirtomelakukan ilustrasi perbandingan biaya dan waktu tempuh penggunaan beberapa moda transportasi umum menuju Bandara Soekarno-Hatta.
Dalam ilustrasi ini, moda transportasi yang akan dibandingkan dengan kereta bandara Soekarno-Hatta adalah bus Damri, taksi Blue Bird, dan transportasi online, yaitu UberX, GrabCar, dan GoCar. Penghitungan biaya dan waktu tempuh dilakukan dengan menetapkan titik keberangkatan di Stasiun Sudirman dan berakhir di bandara Soekarno Hatta. Catatan lainnya adalah ketentuan tarif moda transportasi dihitung berdasarkan perjalanan di waktu sibuk (rush hour) yang dimulai sekitar pukul 18.00.
Bila dilihat berdasarkan biaya yang dikeluarkan, bus Damri merupakan moda transportasi termurah menuju bandara Soekarno-Hatta. Berangkat dari stasiun Sudirman, penumpang menuju ke stasiun Gambir terlebih dahulu menggunakan bus Transjakarta. Total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp43.500, yaitu Rp40.000 tiket bus Damri dan Rp3.500 untuk Transjakarta.
Kereta bandara menempati posisi kedua termurah dengan biaya Rp100.000. Dari stasiun Sudirman, penumpang tidak perlu menggunakan moda transportasi lainnya dan bisa langsung mengakses kereta menuju bandara.
Sedangkan, untuk taksi, baik konvensional maupun online, GoCar merupakan yang termahal. Dengan jarak sekitar 30,4 km dari stasiun Sudirman menuju bandara, tarif GoCar sebesar Rp184 ribu. Untuk Blue Bird, Grab Car maupun UberX sebesar Rp134 ribu hingga Rp154 ribu. Tarif ini belum termasuk biaya tol yang harus dikeluarkan penumpang.
Dari sisi waktu tempuh, kereta bandara tentunya menjadi moda transportasi publik yang tercepat dengan lama perjalanan 45 menit. Sedangkan transportasi yang memiliki waktu tempuh terlama adalah Damri-Transjakarta, yaitu 1 jam 30 menit. Sedangkan untuk taksi, dibutuhkan 1 jam 10 menit perjalanan.
Melihat perbandingan tersebut, kereta bandara tentunya akan menjadi pilihan utama bagi mereka yang melakukan perjalanan seorang diri. Meskipun terpaut biaya sekitar Rp56.500 dengan bus Damri, akan tetapi dengan kisaran waktu perjalanan yang juga berbeda jauh, kereta akan menjadi alternatif pilihan transportasi publik.
Namun, bila perjalanan dilakukan lebih dari satu orang, berdua atau bertiga misalnya, maka taksi dan transportasi online akan tetap menjadi pilihan. Perbedaan waktu yang tidak terpaut jauh, hanya sekitar 20-25 menit, tetapi biaya yang dikeluarkan per orangnya menjadi lebih murah. Tak hanya itu, penumpang pun akan lebih nyaman karena dijemput sesuai tempat mereka berada.
Apalagi, solo traveler itu lebih sedikit dibandingkan grup traveler, maka efektivitas kereta bandara dengan tarif Rp 100 ribu pun dipertanyakan?
Bila dilihat dari kebiasaan dan perilaku bepergian, pada dasarnya orang Indonesia cenderung lebih suka bepergian dalam kelompok. Bersumber dari survei yang dilakukan oleh McKinsey&Company dan Singapore Tourism Board pada 2017, hampir 2 dari 3 milenial Asia lebih senang bepergian bersama keluarga ataupun teman. Di Indonesia sendiri sebanyak 41 persen milenial menyatakan bahwa menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman adalah alasan utama untuk berlibur. Tak hanya itu, bepergian dalam kelompok juga dianggap lebih menguntungkan karena biaya perjalanan yang dikeluarkan terhitung lebih murah.
Melihat tren bepergian dalam kelompok yang lebih besar, tidak menutup kemungkinan orang akan cenderung lebih memilih menggunakan transportasi online, taksi, dan bus untuk mencapai bandara. Pun disebut-sebut dapat mengurangi volume kendaraan pribadi menuju bandara Soekarno-Hatta, itu pun kecil dan tidak signifikan; hanya sebesar 20-30 persen. Lain soal bila tarif yang ditetapkan untuk kereta bandara bisa lebih murah dari Rp100.000, konsumen tentu akan mengandalkan kehadiran kereta bandara untuk mencapai bandara Soekarno Hatta. Baca juga artikel terkaitKERETA API BANDARAatau tulisan menarik lainnyaScholastica Gerintya