Masjid Raya Ganting, Saksi Bisu Bencana hingga Jejak Soekarno di Padang

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Masjid Raya Ganting menjadi masjid tertua di Kota Padang. Tak hanya menjadi bangunan dengan nilai seni yang tinggi, bangunan ini juga jadi saksi peristiwa penting yang tercatat dalam sejarah.

Masjid ini pernah 2 kali dihantam bencana tsunami. Namun, masjid ini tetap berdiri kokoh.

Sejumlah peristiwa penting pun menjadi catatan dalam sejarah masjid yang berusia ratusan tahun ini. Masjid ini jadi saksi perjuangan di masa Indonesia merebut kemerdekaan, juga jadi tempat lawatan sejumlah tokoh internasional.

Dua Era Gempa dan Tsunami

Pada tahun 1833 ketika gempa yang dan tsunami menimpa Kota Padang, Masjid Raya Ganting yang saat itu masih berupa bangunan sederhana selamat dari hantaman gelombang tsunami. Hanya saja, lantai masjid yang semula dari batu harus diganti dengan campuran kapur yang diolah dari kulit kerang dan batu apung.

"Akan tetapi gempa pada tahun 2009 di Kota Padang membuat beberapa tiang Masjid Raya Ganting patah, hampir 80 persen. Begitu pun di sisi bangunan lainnya juga ikut runtuh," kata ketua pengurus Masjid Raya Gantiang Nursuhud Husin, kepada Langkan.id.

"Pascaruntuhnya beberapa bangunan akibat gempa 2009, Masjid Raya Ganting mulai diperbaiki satu tahun kemudian tanpa mengubah bentuk. Waktu itu, datang salah satu gubernur bank membantu pembangunan pada bangunan yang rusak dengan dana Rp 1,2 miliar," ujarnya.

Berkumpulnya Ulama Pembaharu

Pada tahun 1918 berkumpul seluruh ulama revolusioner Islam di Minangkabau di Masjid Raya Ganting. Pertemuan itu, untuk membahas langkah-langkah yang akan ditempuh dalam melaksanakan pemurnian ajaran agama Islam yang saat itu masih diwarnai pemahaman mistik dan khufarat.

Embarkasi Haji Pertama Sumatera Tengah

Masjid Raya Ganting juga menjadi titik embarkasi haji di Sumatera Tengah (sekarang Sumatera Barat, Riau, Jambi, dan Kepulauan Riau). Dengan berfungsinya pelabuhan Emma Haven yang kini bernama Teluk Bayur, menjadikan Masjid Raya Ganting sebagai tempat pertama di Sumatera Tengah untuk embarkasi haji.

Dari masjid inilah diberangkatkan calon jamaah haji ke pelabuhan, seterusnya kapal menuju Makkah.

Sekolah Thawalib Pertama di Padang

Tahun 1921, ketika Syech H. Karim Amarullah -ayah Prof. Dr. Hamka- mendirikan sekolah Thawalib di Padang Panjang. Maka beliau juga mendirikan sekolah yang sama di dalam pekarangan Masjid Raya Ganting sebagai sarana pendidikan agama bagi masyarakat Padang saat itu.

Alumni dari sekolah Thawalib ini mendirikan persatuan Muslim Indonesia (PERMI) yang merupakan cikal bakal Partai Masyumi.

Pada tahun 1932, dilaksanakan jambore nasional Hizbul Wathan se-Indonesia di Masjid Raya Ganting.

Pengungsian Presiden Soekarno

Ketika Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942, saat itu Soekarno yang ditahan Belanda di Bengkulu diungsikan Belanda ke Kota Cane (Aceh). 

Namun ketika rombongan pasukan Belanda baru sampai di Painan, tentara Jepang sudah sampai di Bukittinggi. Belanda mengubah rencana semula dengan mengungsikan Soekarno ke Barus dan meninggalkan Soekarno di Painan.

Saat itu, Hizbul Wathan yang bermarkas di Masjid Raya Ganting menjemput Soekarno di Painan untuk dibawa ke Padang dengan mengunakan pedati.

Selama beberapa hari Soekarno menginap di rumah pengurus di belakang Masjid Raya Ganting. Selama di sana, Soekarno salat di Masjid Raya Ganting.

Pembinaan Prajurit Pembantu Jepang

Selama pendudukan tentara Jepang (1942 -1945) di Sumatera bagian Tengah, Masjid Raya Ganting menjadi tempat pembinaan prajurit Gyugun- Hei Ho. Prajurit itu, merupakan kesatuan tentara pribumi yang dibentuk Jepang dan membantu tentara Jepang.

Kunjungan Para Tokoh

Setelah kemerdekaan, Soekarno yang terpilih sebagai Presiden RI, berkunjung ke Masjid Raya Ganting sambil napak tilas saat Sukarno diungsikan dulu dari Bengkulu-Painan dan Padang (Masjid Raya Ganting).

Semenjak tahun 1950, Masjid Raya Ganting semakin ramai dikunjungi tokoh-tokoh atau pejabat negara, baik dari dalam maupun luar negeri.

Tercatat dari beberapa pejabat negara yang pernah berkunjung antara lain Wakil Presiden pertama RI Moehammad Hatta dan Wakil Presiden ke-2 RI Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Pimpinan DPR RI K.H Achmad Syaichu, Ketua DPR/MPR Jenderal Abdul Nasution, dan beberapa menteri kabinet.

Sedangkan, petinggi negara sahabat yang pernah berkunjung ke Masjid Raya Ganting antara lain Sekretaris Negara Malaysia, Saudi Arabia, Mesir, Rekor Universitas Al-Azhar Cairo Mesir, dan beberapa Mufti Hafiz Quran dari Mesir terutama pada bulan Ramadan.

Selain itu, juga banyak turis-turis mancanegara, terutama dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam yang datang untuk melihat dari dekat fisik masjid bersejarah itu. (Irwanda)