Melihat 200 Permainan Anak Tradisional yang Terancam Punah
Kemendikbud menggelar pameran permainan anak tradisional di kantornya, Jalan Jendral Sudirman, Senayan, Jakarta Selatan dalam rangka melestarikan permainan tersebut. Dalam gelaran kali itu, ada sekitar 200 permainan yang dipamerkan.
Jenis permainan yang dipamerkan berasal dari berbagai tempat di Indonesia, baik berupa permainan berwujud fisik maupun nonfisik. Semua permainan tersebut, dibawa dari Gudang Dolanan Indonesia.
“Kami membawa 200 dari 2.500 permainan anak seluruh Indonesia, diajak bekerja sama dengan Kemendikbud,” ucap Endi Aras, pemilik Gudang Dolanan Indonesia, di Gedung A, Kemendikbud, Jalan Jendral Sudirman, Jakarta Selatan, Senin (17/12).
Contoh permainan berbentuk fisik ada ketapel, bekel, dakon, dan gasing. Lalu yang nonfisik berupa permainan yang menggunakan lagu, seperti domikado, cublak-cublak suweng, dan ular naga.
Endi mengatakan telah keliling ke berbagai tempat di Indonesia untuk melestarikan permainan tradisional ini. Mulai dari mal, gereja, hingga pondok pesantren. Bahkan, ia telah berkunjung ke beberapa negara tetangga.
“Saya sudah ke Brunei dan Jepang, responsnya cenderung lebih baik di sana daripada di sini. Ya seperti itu, orang luar lebih tertarik ke kita, sedangkan kita lebih cenderung tertarik ke Barat,” ucapnya.
Ketika ditanya tanggapanya mengenai permainan tradisional yang mulai tergerus dengan gadget, Endi tidak bisa menjawab. Ia memaklumi keadaan tersebut, dan mengutip lagu Enam karya Iwan Fals dalam album Hijau.
“Jawabanya semua ada di lagu Enam, semua ada di situ,” pungkas Endi.
Lagu Enam menceritakan kegelisahan Iwan Fals atas hilangnya mainan tradisional yang tergerus mainan yang lebih mahal dan canggih.
Sayangnya pemeran yang digelar hanya satu hari itu sepi pengunjung. Hanya ada beberapa orang saja yang terlihat memasuki tempat pameran.