Melihat Koleksi Bung Karno di Rumah Pengasingan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy mengunjungi rumah yang pernah menjadi tempat pengasingan tokoh proklamator Indonesia, Bung Karno, di Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Ratu Samban, Kota Bengkulu, Rabu (7/9). Saat mengunjungi bangunan yang kini dijadikan cagar budaya tersebut, Muhadjir menemukan ratusan koleksi buku milik Bung Karno semasa menjalani masa pengasingan pada 1938-1942, dengan kondisi tak terawat.
Buku-buku tersebut tersimpan dalam lemari kaca di ruang kerja Soekarno. Jumlahnya ratusan, tersimpan terpisah dalam dua lemari kaca bersusun tinggi. Koleksi buku Presiden pertama tersebut rata-rata berbahasa asing. Salah satu buku yang sampulnya masih utuh bertuliskan 'Wolken Wind En Water'.
Sebagian besar koleksi buku yang tersimpan di cagar budaya itu tak lagi sempurna fisiknya. Tak hanya tampak kusam, sebagian buku malah telah hilang sampul depannya, rusak dimakan ngengat. Muhadjir nampak kecewa saat melihat koleksi sejarah yang kurang terawat tersebut.
"Padahal ini kekayaan budaya yang sangat mahal," katanya.
Dari ruang kerja Bung Karno, Muhadjir kemudian melihat-lihat ruangan lain dalam rumah tersebut. Ia kembali menemukan benda-benda sejarah yang kurang terawat. Ada lemari kaca yang menyimpan barang-barang pribadi Soekarno saat tinggal di rumah pengasingan nampak berdebu dan mulai rusak. Muhadjir kemudian meminta penanggung jawab cagar budaya tersebut untuk menambah lampu kecil lima watt dalam lemari pajang. "Supaya kelembapannya tetap terjaga," kata dia.
Di rumah pengasingan seluas 40.434 meter persegi tersebut juga terdapat ranjang besi yang pernah dipakai Soekarno dan istrinya saat itu, Inggit Ganarsih. Ada pula sepeda ontel bekas Soekarno yang dipajang di lemari kaca. Ban sepeda tersebut sudah tak lagi utuh, termakan usia. Selan itu, di bagian ruang tamu ada meja kursi yang pernah dipakai Soekarno. Di belakang meja kursi tamu terdapat satu lemari buku lagi.
Rumah bekas tempat pengasingan Soekarno tercatat pernah difungsikan sebagai markas perjuangan PRI dan kantor stasiun Radio Republik Indonesia. Terakhir, bangunan tersebut digunakan sebagai kantor pengurus Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).
Usai melihat kondisi rumah yang pertama kali dibangun pada 1918 tersebut, Muhadjir langsung menghubungi Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud. Ia meminta pejabat berwenang untuk memberikan perhatian serius pada koleksi sejarah peninggalan Bung Karno.
Dari rumah pengasingan, Muhadjir menuju rumah Fatmawati Soekarno, istri Bung Karno yang lain. Rumah pribadi milik Fatmawati hanya berjarak sekitar 1,5 kilometer dari rumah pengasingan Bung Karno. Rumah panggung yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya itu kondisinya tak jauh berbeda dengan rumah pengasingan sebelumnya.