Melihat Pameran Produk Gagal dari Seluruh Dunia di Museum of Failure

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Jika mendengar kata museum pasti hal yang terbersit di benakmu adalah karya seni indah, benda bersejarah, atau produk langka. Kebanyakan benda-benda yang dipamerkan dalam museum merupakan benda-benda penting di masanya atau bernilai tinggi.

Lihat saja lukisan Monalisa di Museum Louvre, Prancis, atau 'catatan' bernilai sejarah dalam bentuk foto dan peninggalan di Museum Nasional Indonesia. 

Namun, hal seperti ini ternyata tidak dapat kamu temukan dalam Museum of Failure. Berisi lebih dari 100 inovasi produk gagal, museum ini didirikan untuk menjadi 'rumah' bagi produk gagal, sekaligus menampilkan kegagalan dari perspektif yang berbeda. 

Museum of Failure memperlihatkan bagaimana kegagalan menjadi pengalaman belajar yang menarik bagi pengunjungnya. Setiap produk yang dipamerkan memberikan wawasan yang unik terkait risiko bisnis yang mungkin terjadi. 

Produk gagal yang ditampilkan dalam museum ini berasal dari berbagai jenis bisnis, mulai dari makanan, minuman, mainan, hingga kendaraan.

Mulai dari minuman soda rasa kopi keluaran perusahaan ternama Coca Cola dengan nama Coca Cola Blak, es krim keluaran merek rokok legendaris Marlboro, pop corn bermerek Oreo, hingga parfum dari merek motor besar Harley Davidson. 

Selain inovasi yang gagal, ada pula produk inovasi teknologi yang terlupakan, seperti lasagna beku yang dikeluarkan oleh merek pasta gigi ternama Colgate, Nokia N-Gage, Apple Newton, Google Glass, atau skuter Segway yang dirancang menjadi transportasi di masa depan. 

Dilansir New York Times, pihak Coca Cola menuturkan opini terkait masuknya produk Coca Cola Blak dalam museum ini. "Coke Blak adalah salah satu contoh yang sempurna. Meskipun mereknya memiliki loyalitas, tapi tidak seluruh inovasinya dapat bekerja dengan baik," tuturnya. 

Museum of Failure awalnya dibuka pada Juni 2017 di Helsingborg, Swedia, kemudian disusul dengan pembukaan galeri keduanya di Los Angeles, Amerika Serikat pada Desember 2017. Kurator dalam galeri seni ini adalah dr. Samuel West. 

Samuel West merupakan seorang psikolog organisasi. Idenya menemukan cara komunikasi baru tentang kegagalan adalah cikal bakal Museum of Failure dibuka. Karena menurutnya, orang-orang sering kali melupakan proses dan hanya memuji keberhasilan semata. 

Bagi yang ingin berkunjung ke museum ini, kamu dapat menyambangi Hollywood & Highland di Los Angeles, Amerika Serikat. 

Dibuka setiap hari, museum ini beroperasi sejak pukul 10.00 hingga 22.00 waktu setempat setiap Senin hingga Sabtu, dan mulai pukul 10.00 hingga 19.00 waktu setempat pada hari Minggu. Biaya masuk ke museum ini berkisar 12 dolar hingga 19 dolar Amerika atau setara Rp 170 ribu hingga Rp 269 ribu. 

Untuk sementara, The Museum of Failure di Swedia sedang tidak dapat dikunjungi, namun akan buka kembali pada Juni 2018. 

Tak cuma memamerkan produk gagal saja, The Museum of Failure juga memberikan ruang bagi pengunjung untuk mengungkapkan perasaannya tentang produk yang dipamerkan di dinding penuh tempelan kertas post-it. 

Tertarik untuk berkunjung?