Melihat Patahan Raksasa di Lempengan Es Antartika
Lembaga British Antarctic Survey telah merilis video pertamanya yang memperlihatkan patahan gunung es raksasa di Antartika pada Juli 2017 lalu. Untuk menangkap pemandangan itu, gambar diambil menggunakan kamera dari helikopter yang berputar di sekitar area gunung es bernama A-68.
Setelah itu, helikopter itu bergerak ke Laut Weddell dan akhirnya ke betis es Larsen C. Daratan es raksasa itu diperkirakan memiliki bobot 1 triliun ton dan luasnya membentang lebih dari 6 ribu kilometer persegi.
Kalau dibandingkan, luas gunung es ini memiliki ukuran empat kali lebih besar dari kota London, Inggris, atau sekitar 30 kali luas kota Depok, Jawa Barat.
Larsen C, yang menjadi 'tempat tinggal' dari A-68, adalah salah satu beting es terbesar di Antartika. Struktur beting es itu telah terbentuk sejak lebih dari ribuan tahun lalu, membentuk lembaran es dan gletser di atas lautan.
Pada 2010, sebuah retakan besar terjadi di daerah semenanjung barat Larsen C. Retakan itu terus meluas selama beberapa tahun ini, yang terus diawasi oleh para peneliti menggunakan satelit. Kemudian retakan atau patahan besar kedua terjadi pada Mei 2017 lalu, yang terus memperlemah lempengan esnya.
Pada Juni 2017, hanya 13 kilometer es yang terhubung dengan Larsen C. Dan ketika patahan besar terjadi antara 10 Juli dan 12 Juli 2017, gunung es raksasa A-68 pun patah.
Saat gunung es itu terpisah dan mengambang menjauhi Larsen C, beting es itu kemudian diperkirakan kehilangan 10 persen dari area permukaannya.
Para penliti yang memantau A-68 melaporkan pada Agustus 2017 bahwa gunung es itu telah mengambang sekitar 5 kilometer dari Larsen C dan bahkan gunung es itu pun sedikit demi sedikit mengalami patahan yang menghasilkan gunung es kecil.
Selama lebih dari dua dekade, semenanjung barat Antartika telah mengalami kehilangan tiga lempengan esnya. Walau tidak ada penjelasan sederhana mengenai penyebab patahan Larsen C, tren pemanasan global dan perubahan yang terjadi di lautan akibat perubahan iklim dianggap berpengaruh terhadap patahan tersebut.
Namun, ada anggapan juga patahan itu adalah siklus yang normal terjadi pada lempengan es, menurut British Antarctic Survey.
Saat ini, para peneliti sedang berjuang untuk menginvestigasi kesempatan langka dalam memantau patahan yang terjadi di Larsen C. Sejumlah simulasi komputer terbaru menunjukkan lepasnya gunung es A-68 tidak terlalu berpengaruh signifikan pada Larsen C.
Tapi, para peneliti akan terus memantau gunung es tersebut untuk memahami lebih baik apa dampak sebenarnya terhadap ekosistem lautan Antartika.