Memberi Maaf kepada Orang Lain Mudah, Sanggupkan Anda Memaafkan Diri Sendiri?
Saat Idul Fitri kita dengan ikhlas memberikan maaf pada orang lain yang telah menyakiti kita. Tapi bagaimana dengan memaafkan diri sendiri? Sanggupkah Anda melakukannya? Belum tentu ya.
Banyak orang yang pernah melakukan kesalahan fatal hingga merugikan orang lain dan tak pernah sanggup memaafkan dirinya sendiri. Seumur hidupnya mereka didera rasa bersalah yang menyakitkan.
Mungkin saja Anda berada dalam situasi seperti itu. Misalnya, Anda pernah menyakiti hati teman atau keluarga hingga hubungan baik menjadi buruk. Atau Anda pernah menghilangkan barang berharga milik orang lain. Barangkali Anda pernah lalai sehingga mengakibatkan orang lain celaka. Apa saja deh, tapi intinya hingga kini Anda masih merasa bersalah kendati orang yang kamu rugikan menyatakan sudah memaafkan kamu.
Bagaimanakah memecahkan masalah seperti ini? Tenang, ada solusinya.
1. Kita yang sekarang bukanlah kita yang dulu
Dalam tujuh tahun, setiap sel di tubuh kita mati dan digantikan sel-sel baru. Demikian pula dengan pemikiran serta perasaan kita yang berubah dari waktu ke waktu. Kita bukanlah orang yang sama dengan sosok kita semenit lalu, apa lagi sehari lalu, sebulan lalu, setahun lalu. Betapapun tercelanya diri kita dulu, kita yang sekarang harus berubah menjadi lebih baik. Maafkanlah kesalahan lama dengan seikhlas-ikhlasnya.
2. Memaafkan tidak sama dengan melupakan
Keengganan untuk memaafkan diri sendiri boleh jadi karena kita malu jika dianggap melupakan dosa lama kita. Padahal tidak demikian loh. Memaafkan berbeda dari melupakan. Kita bisa berusaha melupakan dosa kita yang memalukan, tapi suatu saat ingatan kita akan kembali dan mengaduk-aduk emosi kita. Jadi percuma saja berusaha melupakan dosa. Jangan. Terima saja fakta itu tapi maafkanlah diri Anda.
3. Kesalahan adalah guru terbaik
Benar, kita bisa belajar dari kesalahan. Kita sadar kita salah lalu memperhatikan dengan seksama mengapa kita sampai tergelincir berbuat salah. Lalu jadikan kesadaran itu sebagai pegangan masa depan. Jika kita tidak bersedia mengakui kekurangan kita, itu berarti kita tidak hanya buta terhadap kekurangan sendiri tetapi juga akan mengulangi kesalahan lama.
4. Saya orang baik tapi tidak selamanya benar
Memaafkan diri sendiri tidak identik dengan memaafkan perbuatan kita. Perbuatan buruk tetaplah perbuatan buruk. Sebesar apapun permaafan yang tercurah, perbuatan itu tetap buruk. Yang bisa kita lakukan hanyalah bersungguh-sungguh menerima fakta bahwa kita pernah berbuat buruk dan memaafkan bagian diri kita yang pernah melakukan hal itu. Kekhilafan adalah watak manusia, bukan?
5. Terimalah diri kita secara menyeluruh
Ketika berbuat salah, kita cenderung menyalahkan diri sendiri, menyesal, malu, bahkan membenci diri sendiri. Perkataan negatif seperti “Aku memang goblok, aku gak berguna, aku orang paling tolol sedunia,” tidak akan membuat kesalahan kita terhapus. Lebih baik maafkan diri kita. Itu pertanda bahwa kita bisa menerima diri kita sendiri secara menyeluruh dan jujur.
6. Jangan lebay
Inilah hal paling susah dipraktikkan tapi terpenting bagi kesehatan mental Anda. Jangan siksa diri sendiri dengan mendramatisir situasi yang sudah buruk. Terimalah bahwa Anda telanjur berbuat salah Titik. Jangan ulangi lagi. Titik.