Meme Dokter Sunat Cantik dan Salah Kaprah Candaan Seksis
Warganet selalu punya cara untuk membuat ruang siber kita lebih ceria. Meme-meme baru bermunculan setiap hari. Namun, tidak semua guyonan sepenuhnya layak ditertawakan. Beberapa candaan justru menjadi serangan balik yang dapat merusak kehidupan sosial kita, salah satunya kekerasan berbasis gender.
Beberapa hari terakhir beredar foto perempuan berpakaian dokter berdiri di sebuah ruangan bertuliskan Ruang Sunat. Foto menawarkan banyak makna, namun yang paling umum adalah bahwa perempuan tersebut adalah dokter sunat. Unggahan foto ini direspons beragam. Sayangnya, respons yang paling ramai adalah ungkapan “mau disunat lagi”.
Foto tersebut nyatanya berbeda dibanding gambar aslinya. Objek gambar adalah seorang calon dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada bernama Estelita Liana. Lily, panggilan perempuan 23 tahun ini, tidak benar-benar mengambil gambar di depan ruang sunat. Lily kemudian melakukan klarifikasi lewat akun instagramnya. “This is the right photo guys,” tulis Lily disertai foto asli dengan tulisan ‘Ruang Bersalin’.
Ketika fotonya sudah beredar luas, ia tetap tenang. “Aku enggak emosi,” ujarrunner upPuteri Indonesia 2014 ini ketika dihubungikumparan(kumparan.com), Minggu (10/9).
Karena gambar yang beredar tidak benar, Lily merasa perlu meluruskan kabar itu. “Ya aku enggak mau orang nganggep aku dokter sunat aja. Cuma mau menyampaikan informasi yang benar,” ucapnya tenang.
Entah sadar atau tidak, foto Lily yang diedit ruang sunat menjadi bahan tertawaan yang begitu seksis. Foto diedit sedemikian rupa dengan latar ruang sunat. Selanjutnya kolom komentar ramai disesaki laki-laki ganjen yang menggoda bahwa mereka ingin disunat oleh Lily.
Candaan yang menjadikan perempuan sebagai objek dengan menyerempetkannya ke hal-hal berbau pornografi jelas tidak bisa dibenarkan. Mariana Amiruddin, Komisioner Komnas Perempuan, berujar bahwa meme yang mencomot foto editan Lily adalah bentuk lelucon yang melecehkan perempuan.
“Bercandaan ini menyerang dari sudut dimensi seksual,” tegas Mariana kepadakumparanmerespon lelucon tersebut. Mariana lebih lanjut menerangkan bahwa gambar tersebut berusaha mengkonstruksikan persepsi bahwa dokter perempuan menangani alat kelamin laki-laki dibuat untuk ditertawakan.
Mariana menganggap bahwacaption"mau disunat lagi", apabila digabungkan dengan konteks gambar, akan melahirkan makna yang dapat melecehkan perempuan.
Konstruksi tidak adil terjadi ketika melihat warganet menertawakan gambar tersebut. “Jadi, profesi dokter perempuan diorientasikan pada sesuatu yang sangat seksual. Dan itu sangat melecehkan perempuan dan citra profesinya.”
Mariana mengakui bahwa lelucon seksis terlampau sering beredar di linimasa dan sulit dikendalikan. Publik tidak sadar bahwa aktivitas yang mengundang tawa sekalipun bisa mendorong kekerasan berbasis gender. “Anak perempuan yang pintar dibegitukan. Merendahkan martabat seseorang berbasis gender.”
Lelucon seksis sendiri ternyata kerap digunakan sebagai alat untuk mendominasi perempuan. Sebuah penelitian Western Carolina University, Amerika Serikat, menyebutkan bahwa lelucon seksis menjadi pintu untuk berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan.
Penelitian yang dipimpin Prof. Thomas E. Ford ini mengumpulkan responden melalui tes persepsi para responden terhadap lelucon seksis. Persepsi responden terhadap lelucon seksis kemudian dikaitkan dengan hubungan para responden dengan perempuan.
Penelitian profesor psikologi ini merujuk pada satu temuan bahwa humor seksis adalah bentuk dini dari diskriminasi terhadap perempuan.
“Riset kami menunjukkan bahwa paparan humor seksis dapat menciptakan kondisi di mana laki-laki dapat memiliki sikap perilaku yang juga seksis,” ucap Ford yang dikutip dariScienceDaily.
Ford kemudian menambahkan bahwa lelucon seksis adalah cara komunikasi laki-laki yang memiliki kecurigaan serta ketakutan akan dominasi perempuan. “Lelucon seksis tidak bisa dilihat hanya sebagai candaan santai. Lelucon ini dapat mempengaruhi persepsi mereka terhadap kehidupan sosial dan memungkinkan menjalar ke sikap perilaku yang seksis tanpa ada rasa khawatir,” ujar Ford.