Mencari Sistem Pendidikan Ideal Era New Normal

pada 4 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

 

Uzone.id- Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 menteri, baru saja mengeluarkan panduan pembelajaran tahun ajaran baru di masa pandemik COVID19. Salah satu poin dalam panduan tersebut adalah larangan melakukan Kegiatan Belajar Mengajar tatap muka di 94% wilayah Indonesia yang berada di zona merah, orange, dan kuning. Di wilayah tersebut pembelajaran hanya boleh dilakukan secaraonline.

Inilah mengapa tahun ajaran baru 2020 tak lagi sama dengan tahun tahun sebelumnya. Tak ada lagi tawa dan tangis siswa yang baru kali pertama menginjakkan kakinya di sekolah. Tak ada lagi interaksi guru, murid dan orang tua dalam satu ruang yang sama. Sementara sekolah, tetiba harus meng-orkestrasi ekosistem pendidikan dari dunia maya.

Kerumitan serupa juga dialami oleh para pemangku kebijakan, yang terpaksa menarik maju sistem pendidikan yang baru, 10 atau bahkan 20 tahun lebih awal. Di saat transformasi pendidikan masih terkendala oleh kesiapan infrastruktur dan serapan teknologi.

Walikota Bekasi Rahmat Effendi menegaskan kesiapan Kota Bekasi menjalankan tahun ajaran baru 2020 menggunakan sistem pembelajaranonline. Meski menurutnya, ada beberapa tantangan yang mesti dihadapi, mulai dari aksesinternetyang belum merata, keterbatasan infrastruktur pembelajaranonline, hingga penguasaan terhadap teknologi di lingkup ekosistem pendidikan sekolah.

"Ini memang bukan hal yang mudah. Butuh banyak penyesuaian diri. Tapi saya percaya bahwa beradaptasi bisa menjadi langkah awal bagi kita untuk menapaki masa depan dunia pendidikan," ujar Rahmat.

Di sisi lain,FounderKelas Pintar, Fernando Uffie. Menurutnya, pandemik COVID19 bisa menjadi momen bagi dunia pendidikan untuk mempercepat proses transformasi ke pendidikan berbasis teknologi.

"Transformasi dunia pendidikan bukan tentang menegasikan peran tenaga pendidik dan sekolah, tapi justru menguatkan peran masing-masingstake holdertersebut," terang Uffie.

Menurutnya, pembelajaranonlineataupun pendidikan berbasis teknologi sejatinya harus bisa mengakomodir peran guru, sekolah dan orang tua dalam proses pendidikan siswa.

Pembelajaranonlinejuga harus bisa menghadirkan interaksi diantara mereka, untuk memastikan pendidikan karakter tetap berjalan meski dilakukan secaravirtual.

"Solusi pembelajaranonlineidealnya tidak sekadar menjadi pusat literasi tapi juga menjadiplatformyang bisa mengakomodir sistem pembelajaran di sekolah. Dengan begitu, pembelajaranonlinebisa benar-benar menjadi solusi, karenacomplyuntuk digunakan pada saat COVID19 ataupun setelahnya," kata Uffie.

Bicara tentang kesiapan menggelar pembelajaran jarak jauh di tengah pandemik COVID-19, pihak sekolah sebagai yang berkaitan langsung juga tak menampik adanya sejumlah tantangan yang harus dilalui. Apalagi, ini juga kali pertama sistem pembelajaranonlinesecara penuh diterapkan di tanah air.

“Sekolah itu ibarat sebuah orkestra, dimana banyak unsur-unsur di dalamnya. Kita tidak bisa memaksakan satu unsur sangat berperan, sementara unsur yang lain dihilangkan. Karenanya, semua harus saling mendukung. Alhamdulillah, kami di Al Azhar mendapat dukungan penuh dari Yayasan, disamping juga SDM. Dimana kami memiliki guru-guru yang sudah siap secara kemapuan IT,” jelas Kanya Muawanah, Kepala Sekolah SMPI AL Azhar 8 Kemang Pratama.

Sementara itu, Febriati Nadira, selaku Perwakilan Orang Tua Murid menyebut bahwa selain masalah kedisiplinan, mempertahankan kualitas Pendidikan ke depan juga menjadi tantangan lainnya. Apalagi tidak semua orang tua memiliki perangkat atau pemahaman digital yang sama. “Mungkin kita di Jakarta secara sarana dan prasarana mendukung, tapi di tempat lain belum tentu. Jadi PR-nya lebih ke bagaimana dengan sistem pembelajaran saat ini semuanya bisa mendapatkan kualitas pendidikan yang sama.”