Mencela Manchester City, Menjilat Ludah Sendiri
Pemain pergi ke Manchester Citykarena uang. Pemain bergabung ke klub besar lain karena nama besar klub.
Demikian standar ganda yang berkembang dalam satu dekade terakhir. Setiap pemain bergabung ke Manchester City, maka pemain tersebut dilabeli pergi karena uang. Sedangkan saat seorang bintang bergabung ke klub besar lain, sebut sajaReal Madrid,Barcelona, danManchester United, maka ia pergi karena nama besar.
Manchester City menuai kesuksesan besar sejak Sheikh Mansour mengambil alih kepemilikan klub pada 2008. Hal itu pula yang kemudian sering dijadikan ejekan, bahwa Manchester City baru berdiri pada 2008.
Sheikh Mansour memang terlihat tak punya batasan dalam hal uang belanja. Puluhan pemain bintang telah dibeli Manchester City sejak saat itu. Tak semuanya sukses, namun yang pasti 'The Citizens' terus melakukan evolusi menjadi tim yang lebih baik.
Setelah satu dekade, terlihat jelas bahwa ada pemain-pemain yang jadi fondasi kuat dari tim Manchester City. Sergio Aguero dan Vincent Kompany jelas punya tempat spesial di Manchester City, terlepas dari banyaknya rekan-rekan mereka di lapangan yang berganti dalam beberapa musim.
Di tangan Pep Guardiola, skema dan identitas Manchester City makin terlihat jelas. Cara main dan cara menyerang Manchester City yang mengandalkan penguasaan bola membuat mereka jadi salah satu tim yang permainannya nikmat disaksikan musim ini.
Namun setelah Manchester City kembali berhasil menjadi juara, anggapan bahwa Manchester City hanya mengandalkan uang untuk jadi tim besar tetap mengalir.
Hal tersebut makin terasa aneh karena klub-klub besar lainnya juga melakukan hal yang dilakukan Manchester City, mengandalkan kekuatan finansial untuk memperkuat tim.
Liverpool menggelontorkan 170 juta poundsterling di awal Liga Inggris musim ini. Bintang-bintang macam Alisson Becker, Naby Keita, Fabinho, dan Xherdan Shaqiri adalah hasil belanja dari uang dalam jumlah besar tersebut.
Manchester City sendiri hemat di awal musim lalu dan hanya ada di urutan kesepuluh daftar klub terboros di awal musim ini karena hanya merekrut Riyad Mahrez dari Leicester City.
'Kesalahan' Manchester City adalah ia tidak muncul 1-2 dekade sebelumnya, atau tepatnya awal 90-an ketika transfer dalam dunia sepak bola makin ramai dan menggeliat.
Manchester United yang mencuat dengan Class of 92 itu sendiri tetap mengandalkan kekuatan finansial untuk membangun tim.
Eric Cantona, Roy Keane, Andy Cole, Jaap Stam, Ruud van Nistelrooy, hingga Wayne Rooney adalah nama-nama yang didatangkan Manchester United lewat kibasan uang besar di era tersebut.
Liverpool juga pernah dengan gila membayar uang besar untuk merekrut striker bernama Andy Carroll yang membuat dirinya jadi pemain Inggris termahal di 2011.
Real Madrid dan Barcelona juga sama saja. Meski punya sejarah panjang, kekuatan finansial mereka saat ini adalah penopang yang membuat mereka tetap kokoh di level elite.
Barcelona dengan mudahnya menjadikan Philippe Coutinho sebagai pemain termahal ketiga di dunia meskipun penampilan Coutinho masih belum teruji di banyak musim. Belum lagi Ousmane Dembele yang ada di urutan keempat dalam daftar pemain termahal di usianya yang masih muda.
Real Madrid memang tidak belanja besar dalam beberapa musim terakhir. Namun di musim depan, Los Blancos sudah menetapkan target untuk melakukan belanja besar-besaran dengan membidik banyak pemain bintang.
Sebelumnya, Real Madrid adalah klub spesialis pemecah rekor transfer, dari mulai Luis Figo dan Zinedine Zidane hingga Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale.
Yang perlu dilakukan oleh Manchester City hanyalah bersabar sebentar lagi. Chelsea juga baru mulai berubah drastis sejak dipegang oleh Roman Abrahamovich pada 2004 dan kini bukan lagi sebagai tim yang melejit karena faktor uang.
Semua kecaman pada Manchester City sejatinya hanya didasarkan pada satu alasan, yaitu rasa iri. Iri terhadap Manchester City yang berhasil meraih trofi, sementara klub-klub kesayangan para penggemar tersebut gigit jari, padahal memiliki kekuatan finansial yang di level yang sama.
Money can't buy history. Begitu katanya. Namun yang telah dilakukan Manchester City dalam satu dekade terakhir ini adalah merajut sejarah manis mereka sendiri. Empat gelar Liga Inggris mereka raih dalam satu dekade terakhir.
Ketika dua puluh tahun berlalu setelah ini, Manchester City bakal dikenang sebagai klub Inggris terbaik di dekade ini. Titik.