Mendikbud Tegaskan "Full Day School" Akan Tetap Berjalan

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan wacana sekolah sehari penuh (full day school) tetap berjalan meskipun mendapat penolakan.

"Full day (sehari penuh), jalan. Teknisnya belum, tetapi Insya Allah jalan. Itu berkaitan dengan pendidikan karakter tingkat SD dan SMP," kata Mendikbud usai berkunjung ke SMK Muhammadiyah Imogiri Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (10/8/2016).

Menurut dia, penerapan sekolah sehari penuh akan terus dikaji dan disiapkan teknis pelaksanaanya, penerapan itu mempertimbangkan pendidikan karakter, meskipun di lingkungan keluarga juga ada pendidikan karakter.

"Di keluarga iya (ada pendidikan karakter). Akan tetapi kan gak ada jeleknya sekolah ikut menanggung," kata dia.

Sebelumnya, banyak yang berpendapat bahwa wacana mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu berpotensi membuat anak stres dan kelelahan. Tapi ada juga orangtua yang tak masalah jika wacana tersebut diuji coba.

Menanggapi hal ini psikolog anak Vera Itabiliana mengatakan bahwa penerapan tambahan program ekstrakurikuler setelah jam belajar anak dapat memicu anak tak leluasa melakukan hal yang disukainya.

Wisata ke Indonesia Timur Mahal, Ini Penyebabnya Padahal memberikan anak kesempatan melakukan hal yang disukainya bisa menjadi jembatan untuk menemukan minat dan bakatnya di masa mendatang.

"Sekolah tetaplah tempat terstruktur yang memiliki aturan atau batasan yang membuat anak tidak seleluasa di rumah dalam bermain," ujarnya.

Vera menganggap bahwa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, anak tak melulu bisa mendapatkannya di sekolah. Sekolah, menurutnya hanyalah satu bagian dalam kehidupan anak.

"Belajar kan tidak selalu akademis. Sekolah hanyalah salah satu bagian dalam kehidupan anak, jadi perlu ada tempat juga untuk lingkungan lainnya seperti lingkungan sekitar rumah," tambah dia.

Selain itu, tambahan jam sekolah ini, menurut Vera, semakin mengurangi intensitas anak bersosialisasi dengan orangtuanya.

"Secara tidak langsung jika hal ini diterapkan maka sama saja mengambil alih peran orangtua, bukan memberdayakan peran mereka dalam mengembangkan kemampuan anak," pungkasnya. (Antara)



Berita Terkait: